Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman genetik adalah suatu tingkatan biodiversitas yang merujuk pada jumlah total karakteristik genetik dalam genetika keseluruhan spesies. Ia berbeda dari variabilitas genetik, yang menjelaskan kecenderungan karakteristik genetik bervariasi.
Pada bidang akademik genetika populasi, terdapat beberapa hipotesis dan teori mengenai keanekaragaman genetik. Teori netral evolusi mengajukan bahwa keanekaragaman adalah akibat dari akumulasi substitusi netral. Seleksi pemutus adalah hipotesis bahwa dua subpopulasi suatu spesies yang tinggal di lingkungan yang berbeda akan menyeleksi alel-alel pada lokus tertentu yang berbeda pula. Hal ini dapat terjadi, jika suatu spesies memiliki jangkauan yang luas relatif terhadap mobilitas individu dalam populasi tersebut. Hipotesis seleksi gayut frekuensi menyatakan bahwa semakin umum suatu alel, semakin tidak bugar alel tersebut. Hal ini dapada terlihat pada interaksi inang dengan patogen, di mana frekuensi alel pertahanan yang tinggi pada inang dapat mengakibatkan penyebaran patogen yang luas jika patogen dapat mengatasi alel pertahanan tersebut.
Daftar isi
• 1 Pentingnya keanekaragaman genetik
• 2 Sintasan dan adaptasi
• 3 Relevansi agrikultural
• 4 Mengatasi keanekaragaman genetik yang rendah
• 5 Pengukuran keanekaragaman genetik
• 6 Lihat pula
• 7 Referensi
Pentingnya keanekaragaman genetik
Terdapat beberapa cara untuk mengukur keanekaragaman genetika. Sebab-sebab hilangnya keanekaragaman genetika pada hewan juga telah dikaji dan diidentifikasi.[1][2] Kajian tahun 2007 yang dilakukan oleh National Science Foundation menemukan bahwa keanekaragaman genetik dan keanekaragaman hayati bergantung satu sama lainnya, bahwa keanekaragaman dalam suatu spesies diperlukan untuk menjaga keanekaragaman antar spesies.[3]
Sintasan dan adaptasi
Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam sintasan dan adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki derajat keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak variasi alel yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat sedikit variasi cendering memiliki risiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies, reproduksi yang sehat akan semakin sulit, dan keturunannya akan menghadapi permasalahan yang ditemui pada penangkaran sanak.[4]
Relevansi agrikultural
Ketika manusia mulai bercocok tanaman, terdapat usaha penangkaran selektif untuk menurunkan sifat-sifat yang menguntungkan pada tanaman, dan menghilangkan sifat-sifat yang merugikan. Penangkaran selektif ini mengakibatkan monokultur, yakni keseluruhan tumbuhan pada ladang memiliki gen yang hampir identik satu sama lainnya. Keanekaragaman genetik yang rendah tersebut mengakibatkan tanaman sangat rentan terkena serangan pada suatu variasi genetik tertentu dan menghancurkan keseluruhan spesies.[5]
Wabah Kelaparan Kentang di Irlandia merupakan contoh akibat dari rendahnya keanekaragaman genetik pada kentang. Karena tanaman kentang yang baru tidak dihasilkan dari reproduksi, melainkan dari bagian tumbuhan induk, tidak ada keanekagraman genetik yang berkembang, dan keseluruhan tanaman kentang dapat dikatakan merupakan hasil kloning dari satu tanaman kentang, sehingga sangat rentan terhadap epidemik. Pada tahun 1840-an, populasi Irlandia kebanyakan bergantung pada kentang sebagai sumber makanan utama. Masyarakat Irlandia pada saat itu menanam varietas kentang yang bernama “lumper”, yang rentan terhadap serangan Phytophthora infestans.[6] Plasmodiophorid ini menghancurkan mayoritas tanaman kentang, dan menyebabkan puluhan ribu orang mati kelaparan.
[sunting] Mengatasi keanekaragaman genetik yang rendah
Alam memiliki beberapa cara untuk menjaga dan meningkatkan keanekaragaman genetik. Pada plankton, virus membantu proses hanyutan genetik. Virus samudera yang menginfeksi plankton, membawa gen organisme lain selain gen virus itu sendiri. Ketika suatu virus yang mengandung gen lain menginfeksi plankton, tampilan genetik plankton yang terinfeksi akan berubah. Hanyutan secara konstan ini membantu menjaga populasi plankton yang sehat.[7]
Cheetah adalah spesies genting. Keanekaragaman genetik yang sangat rendah dan kualitas sperma yang rendah menyebabkan penangkaran dan keberlangsungan hidup cheetah sangat sulit. Hanya 5% cheetah yang dapat bertahan hidup sampai dewasa.[8] Sekitar 10.000 tahun yang lalu, hampir semua terkeculai spesies jubatus cheetah mati. Spesies ini menghadapi populasi leher botol dan sanah keluarga yang dekat dipaksa untuk saling kawin, ataupun penangkaran sanak.[9] Namun, baru-baru ini ditemukan bahwa cheetah betina dapat kawin dengan lebih dari satu pejantang per satu kelompok anak cheetah. Cheetah betina mengalami induksi ovulsi, yang artinya bahwa ovum baru diproduksi setiap kali cheetah berkawin. Dengan berkawin dengan banyak pejantan, cheetah betina ini akan meningkatkan diversitas genetika dalam suatu kelompok anak cheetah.[10
KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT
Deskripsi Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati adalah Seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta interaksi diantara mereka dan antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati atau keragaman hayati merujuk pada keberagaman bentuk-bentuk kehidupan: tanaman yang berbeda-beda, hewan dan mikroorganisme, gen-gen yang terkandung di dalamnya, dan ekosistem yang mereka bentuk. Kekayaan hidup adalah hasil dari sejarah ratusan juta tahun berevolusi.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Pasifik dan Hindia), dikaruniai keanekaragaman hayati yang amat kaya dan khas.
Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan keanekaragaman hayati. Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang rumit.
Proses evolusi memiliki arti bahwa kolam keragaman hidup bersifat dinamis: akan meningkat ketika varian genetik baru dihasilkan, spesies atau ekosistem baru terbentuk; akan menurun ketika varian genetik dalam salah satu spesies berkurang, salah satu spesies punah atau sebuah ekosistem yang kompleks menghilang. Konsep ini meliputi hubungan antar makhluk hidup dan proses-prosesnya.
Peringkat negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia
Negara Nilai Keanekaragaman Nilai Endemisme Nilai Total
Brazil 30 18 48
Indonesia 18 22 40
Kolombia 26 10 36
Australia 5 16 21
Mexico 8 7 15
Madagaskar 2 12 14
Peru 9 3 12
Cina 7 2 9
Filipina 0 8 8
India 4 4 8
Ekuador 5 0 5
Venezuela 3 0 3
Tingkatan Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan: keragaman genetik, keragaman spesies dan keragaman ekosistem.
• Keragaman genetik merujuk kepada perbedaan informasi genetik yang terkandung dalam setiap individu tanaman, hewan dan mikroorganisme. Keragaman genetik terdapat di dalam dan antara satu populasi spesies maupun spesies yang berbeda.
• Keragaman spesies merujuk pada berbedanya spesies-spesies yang hidup.
• Keragaman ekosistem berkaitan dengan perbedaan dari habitat, komunitas biotik, dan proses ekologi, termasuk juga tingginya keragaman yang terdapat pada ekosistem dengan perbedaan habitat dan berbagai jenis proses ekologi.
KERAGAMAN GENETIK
Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi variasi genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis rosella pipi putih, Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi variasi genetik dalam populasi yang sama, dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E. delegatensis, dan E. saligna.(2) Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan variasi berdasarkan DNA dan tehnik lainnya.(3)
Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gen-gen pada kumpulan tersebut.
Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitat-habitat yang ada, serta berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup.
Jumlah yang diperkirakan adalah terdapat kurang lebih 10,000,000,000 gen berbeda yang tersebar pada biota-biota di dunia, walaupun tidak semuanya memberikan kontribusi yang sama pada keragaman genetik.(4) Secara khusus, gen-gen yang mengontrol dasar proses biokimia dipertahankan secara kuat oleh berbagai kelompok spesies (atau taksa) dan umumnya memperlihatkan perbedaan yang kecil. Gen lain yang lebih terspesialisasi meperlihatkan tingkat variasi yang lebih besar.
KERAGAMAN SPESIES
Keragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspek-aspek keragaman spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok pengukuran: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik.(5)
Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui. Pengukuran keragaman spesies yang menyederhanakan informasi dari kekayaan dan kelimpahan relatif spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering didunakan.(5), (6). Pendekatan lainnya adalah dengan mengukur keragaman taksonomi atau filogenetik, yang mempertimbangkan hubungan genetik antara kelompok-kelompok spesies. Pengukuran yang didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis ini pada umumnya ditampilkan dalam bentuk ‘pohon’ yang mengesampingkan pola percabangan agar dapat mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait.
Pengukuran keragamamn taksonomi yang berbeda-beda berhubungan dengan bermacam-macamnya karakteristik taksa dan hubungan yang ada.(7), (8). Tingkat spesies pada umumnya dinilai sebagai yang paling sesuai untuk memperkirakan keragaman antara organisme. Hal ini disebabkan karena spesies merupakan fokus utama dari mekanisme evolusi sehingga terjabarkan dengan baik. Pada tingkat global, diperkirakan 1.7 juta spesies telah dijelaskan; saat ini diperkirakan jumlah total spesies yang ada berkisar antara lima juta hingga hampir mencapai 100 juta spesies.(9) Di Australia, dengan perkiraan jumlah total spesies lokal (kecuali bakteri dan virus) 475,000, kira-kira setengahnya telah diketahui, hanya seperempatnya telah dijelaskan secara formal.(10) Estimasi jumlah spesies ini diharapkan dapat meningkat melalui studi terhadap beberapa kelompok yang jarang diperhatikan; seperti mikroorganisme, fungi, nematoda, hama dan serangga.
Pada skala yang lebih besar keragaman spesies tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Satu pola yang paling jelas dalam penyebaran spesies di dunia adalah sebagian besar kekayaan spesies terpusat pada wilayah katulistiwa dan cenderung menurun ke arah kutub. Secara umum, terdapat lebih banyak spesies per unit area di wilayah tropis dibandingkan dengan wilayah sub-tropis dan lebih banyak spesies di wilayah sub-tropis dibandingkan wilayah di daerah kutub. Sebagai tambahan, keragaman di ekosistem darat pada umumnya berkurang sengan bertambahnya ketinggian. Faktor lain yang dipercaya mempengaruhi keragaman di darat adalah curah hujan dan tingkat nutrien. Pada ekosistem laut, kekayaan spesies cenderung terpusat pada lempeng benua, walaupun komunitas laut dalam juga cukup tinggi.
KERAGAMAN EKOSISTEM
Keragaman ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe ekosistem, keragaman habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap ekosistem. Lebih sulit untuk menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan dengan keragaman spesies atau genetik dikarenakan oleh ‘batasan’ dari komunitas (hubungan antar spesies) dan karena ekosistem lebih mudah berubah. Karena konsep ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat diterapkan pada berbagai skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya dikelompokkan menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan sub-tropis atau terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan ekositem adalah pada kondisi alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan siklus air dipertahankan.
Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem yang dapat dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah penting untuk mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian besar sistem klasifikasi telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara kerumitan ekologi dari komunitas dan sederhananya klasifikasi habitat yang umum.
Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe habitat berdasarkan iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang rumput sub-tropis. Beberapa sistem juga menggunakan biogeografi global untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan biota antar wilayah dunia yang mungkin memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa .
Australia dengan wilayah-wilayahnya memetakan sejumlah besar lingkungan daratan dan perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang rumput subtropis dan hutan tropis, dari terumbu karang hingga laut dalam. Tiap-tiap wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan interaksi yang besar antara maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai contoh, padang rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan maupun tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro. Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada penyebaran biji (contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang terdapat pada tiap habitat mikro.
Pengukuran dari keragaman ekosistem masih berada pada tahap awal. Akan tetapi, keragaman ekosistem merupakan elemen penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati dan seharusnya dapat tercermin pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati.
Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
• Sekitar 12 % (515 spesies, 39 % endemik) dari total spesies binatang menyusui, urutan kedua di dunia
• 7,3 % (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia, urutan keempat didunia
• 17 % (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, urutan kelima
• 270 spesies amfibi, 100 endemik, urutan keenam didunia
• 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar
• 35 spesies primata (urutan keempat, 18 % endemik)
• 121 spesies kupu-kupu (44 % endemik)
• Keanekaragaman ikan air tawar 1400 (urutan ke 3)
Taxonomic Group Species Endemic Species Percent Endemism
Plants 10,000 1,500 15
Mammals 201 123 61.2
Birds 697 249 35.7
Reptiles 188 122 64.9
Amphibians 56 35 62.5
Perkiraan manfaat ekosistem pesisir dan laut
• Nilai kegunaan dan non kegunaan hutan mangrove di Indonesia US$ 2,3 miliar (GEF/UNDP/IMO 1999)
• Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 567 juta (GEF/UNDP/IMO 1999)
• Nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91/ha/tahun (Bapedal dan PKSPL-IPB 1999)
• Nilai ekologi dan ekonomi sumberdaya rumput laut di Indonesia sekitar US$ 16 juta (GEF/UNDP/IMO 1999)
• Nilai manfaat ekonomi potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia sebesar US$ 15,1 miliar (Dahuri 2002)
• Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam penyediaan sumber penghidupan dan pekerjaan bagi jutaan penduduk di wil tsb
• Ekosistem pesisir dan laut merupakan penghubung antara berbagai pulau dan gugus pulau kecil di Indonesia (fungsi sosial politik sebagai jembatan Nusantara)
• Nilai jasa lingkungan :
- sebagai penyerap karbon (rumput laut) diperkirakan senilai US$ 180/ha/thn
- pelindung pantai dari erosi (mangrove)
Permasalahan Keanekaragaman Hayati
Permasalahan utama adalah Penurunan Jumlah spesies. Awal tahun 1980, beberapa ahli di dunia mulai mengetahui bahwa spesies mulai mengalami kepunahan secara global. Kepunahan ini diketahui terjadi mulai dari 65 juta tahun yang lalu pada periode Cretaceous dimana banyak spesies termasuk Dinosaurus mulai punah. Krisis yang dihadapi saat ini merupakan hasil dari: Perubahan Klimat secara global, Perubahan Geologi secara alami, dan Kejadian katalistik.
Krisis saat ini merupakan akibat dari campur tangan manusia yang tidak bersahabat dengan alam. Tahun 80 an sampai 90an, ilmuwan, media, masyarakat, pemerintah di seluruh dunia mulai bekerja untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di daratan. Berbagai macam isu seperti pengrusakan hutan, pembangunan yang berlebih, explotasi yang berlebih, polusi, rusaknya habitat, invasi oleh spesies asing, menjadi fokus utama yang dibahas.Keanekaragaman hayati pesisir dan laut mulai menjadi perhatian pada tahun-tahun tersebut. Karena ekosistem di lautan memiliki lebih banyak spesies dibandingkan daratan. Diperkirakan 32 sampai 33 phyla hewan yang ditemukan di pesisir dan lautan. 15 phyla dari jumlah tersebut ditemukan hanya di estuari atau di lautan.
Prinsip Genetika
Perkembangan genetika sebagi ilmu tidak lepas dari percobaan yang dilakukan Mendel pada Pisum sativum. Mendel berhasil menjelaskan bagaimana sifat diwariskan dari tetuanya kepada anak dalam suatu persilangan antar tanaman dengan sifat yang berbeda.
Pisum sativum memiliki keuntungan digunakan dalam percobaan genetika karena mudah didapat, mempunyai keragaman yang jelas bisa dibedakan meliputi warna biji, bentuk biji, warna bunga. Pisum sativum memiliki bunga cukup besar sehingga memudahkan pesilangan buatan.
Pada persilangan dengan satu sifat beda, mendel menyilangkan tanaman dengan bunga ungu dengan tanaman berbunga putih dan dihasilkan tanaman berbunga ungu (F1). Sifat bunga ungu ini disebut dominan. Jika F1 disilangkan dengan F1 maka dihasilkan bunga F2 dengan perbandingan ungu : putih = 3:1. Sifat yang diamati disebut fenotipe, sedangkan faktor yang mengendalikan disebut genotipe.
Pada persilangan dengan dua sifat beda, misalnya bulat kuning (RRYY) dengan hijau keriput (rryy), dihasilkan F1 bulat kuning (RrYy). Jika F1 diselangkan dengan F1, diperoleh perbandingan bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, keriput hijau dengan perbandingan 9 : 3: 3 : 1.
Dari persilangan ini maka ditetapkan hukum mendel I atau hukum segregasi dan hukum mendel II atau hukum pisah bebas.
Konsep umum mengenai cara kerja gen atau ekspresi gen adalah berdasarkan kedominanan dan keresesifan. Artinya, alel terekspresi secara komplit pada fenotipe atau tidak terekspresi sama sekali. Prinsip ini merupakan prinsip Mendel. Tetapi penelitian membuktikan bahwa terdapat banyak macam aksi gen dan interaksi yang mempengaruhi pola segregasi. Tipe dari aksi gen dapat dibedakan menjadi dua katagori umum yaitu antar alel pada lokus yang sama (intralokus) dan antar alel pada lokus-lokus yang berbeda (interlokus).
Interaksi intralokus
Terdapat tiga macam interaksi intralokus. Tipe pertama adalah dominan seperti yang disimpulkan oleh mendel dalam penelitiannya. Pada tipe dominan, rasio F2 dari dua tetua homozigot adalah 3:1. Tipe kedua adalah tidak dominan (no-dominance/incomplete dominance). Pada tipe ini fenotipe dari heterozigot berada di tengah-tengah di antara kedua tetua. Contohnya adalah pada persilangan bunga pukul empat merah dan putih dihasilkan bunga merah muda pada F1. F2nya menyebar dengan rasio 1 merah: 2 merah muda: 1 putih. Tipe ketiga adalah overdominance. Pada situasi ini heterozigot memiliki nilai fenotipe di luar kisaran antara kedua tetua.
Interaksi interlokus
Interaksi interlokus menyebabkan distribusi F2 berubah. Ekspresi dari alel berubah karena kehadiran atau ketakhadiran alel atau alel-alel pada lokus yang berbeda. Gambar berikut menjelaskan rasio F2 untuk interaksi interlokus.
Distribusi F2 pada berbagai interaksi interlokus
Tipe aksi gen lainnya yang tidak termasuk epistasis adalah additive gene action. Pada aditif tiap alel pada satu lokus akan menambah atau mengurangi derajat nilai fenotipe. Contohnya adalah pada warna bagian dalam biji gandum. Warna biji gandum ditentukan oleh 3 lokus R1, R2 dan R3 dengan 2 alel pada tiap lokus. Warna biji bervariasi dari merah gelap ke putih dan intensitas warna tergantung pada jumlah dari alel yang menambah warna. Warna merah gelap adalah R1R1R2R2R3R3, sedangkan putih adalah r1r1r2r2r3r3. Jika disilangkan, maka F1nya adalah R1r1R2r2R3r3 menunjukkan warna intermediet diantara kedua tetuanya. Pada F2 akan muncul sebuah seri warna yang sebarannya seperti sebaran normal antara dua fenotipe yang ekstrim (Gambar 9).
Distribusi F2 pada warna aditif biji gandum dengan 3 lokus
Jika disilangkan R1R1R2R2r3r3 dengan r1r1r2r2R3R3, dimana satu tetua merah gelap dan satu tetua sedikit merah, maka F1nya akan menunjukkan warna intermediet. F2nya akan menyebar dari sangat gelap ke putih. Pada persilangan ini, keturunannya berada di luar batas fenotipe tetua merah gelap dan tetua sedikit merah. Hal ini disebut segregasi transgresive.
Pada aksi gen, kadang-kadang terjadi genotipe-genotipe yang sama tetapi tidak mengekspresikan fenotipe yang sama walaupun keadaan lingkungan seragam. Perbedaan ini disebut perbedaan dalam penetrasi. Penetrasi adalah presentase individu untuk genotype tertentu yang menampilkan fenotipe dari genotype tersebut. Contohnya, suatu organisme yang bergenotipe aa atau A_ tetapi tidak menunjukkan fenotipe yang sebagaimana normalnya bergenotipe aa atau A_ karena adanya gen-gen epistasis atau supresor, atau karena efek lingkungan. Istilah penetrasi dapat digunakan untuk menjelaskan efek tersebut jika penyebab pastinya tidak diketahui.
Peristiwa lain yang cenderung memperlihatkan hasil peristiwa genetika yang kurang jelas adalah ekspresivitas. Ekspresivitas adalah derajat atau tingkat suatu genotype tertentu mengekspresikan fenotipenya pada suatu individu. Contohnya, genotype A_ yang seharusnya berfenotipe merah, tetapi yang tampak adalah derajat warna yang berbeda-beda, misalnya warna biru, merah tua, merah muda, putih. Ekspresivitas warna yang berbeda-beda ini karena adanya pengaruh gen-gen lainnya atau pengaruh lingkungan yang tidak diketahui dengan pasti.
Kondisi lingkungan yang penting
Cahaya: Lamanya penyinaran atau lamanya periode gelap dapat menginduksi munculnya bunga pada beberapa species tanaman
Suhu: Banyak proses biokimia dipengaruhi oleh suhu. Lintasan reaksi biokimia melibatkan enzim yang peka terhadap suhu. Perubahan suhu dapat mengubah fenotipe.
Nutrisi: Contohnya, efek beberapa genotype baru dapat dilihat hanya kalau tanaman dalam lingkungan stress.
Perlakuan buatan: Ekspresi suatu sifat bisa tidak nampak karena pemberian senyawa kimia atau hormon.
Variasi/Keanekaragam genetik
Variasi atau keanekaragaman genetik sangat penting karena jika tidak terdapat variasi genetik, maka apabila terjadi perubahan lingkungan yang cukup keras akan dapat mengakibatkan punahnya suatu spesies pada habitat alaminya.
Keragaman genetik dalam bentuk variasi alelik disebabkan oleh mutasi. Mutasi terjadi secara spontan dengan frekuensi yang bervariasi tergantung pada lokus dan informasi genetic dari area sekitarnya pada kromosom. Mutasi menghasilkan perubahan DNA, yang akibatnya mengubah enzim-enzim dan menyebabkan variasi dalam mekanisme fisiologi yang nantinya dievaluasi melalui proses seleksi alam.
Migrasi tanaman dan evolusi yang diarahkan manusia
Campur tangan manusia mempunyai kontribusi yang sangat signifikan pada evolusi tanaman. Saat manusia memulai kultur dan mendomestikasi tanaman, mereka menyeleksi genotipe-genotipe yang paling baik yang memenuhi kebutuhan. Sifat seperti kestabilan produksi merupakan sifat yang sangat diinginkan. Karakter –karakter lain seperti warna, rasa juga merupakan contoh-contoh sifat yang diinginkan. Dengan berpindahnya manusia dari satu area ke area lainnya, tanaman atau benih juga dibawa dan diuji di daerah mereka yang baru. Proses ini disebut introduksi. Introduksi merupakan hal penting dalam pemuliaan tanaman, karena menawarkan potensi penggunaan genotipe berbeda untuk meningkatkan penampilan tanaman pada daerah tertentu.
Koleksi Plasma Nutfah
Keragaman genetik suatu spesies tanaman dapat menurun karena aktivitas manusia atau karena bencana alam. Aktivitas manusia dapat meliputi pembudidayaan tanaman, menanam atau memperluas jenis-jenis unggul baru sehingga jenis-jenis local yang amat beragam akan terdesak bahkan dapat lenyap, juga aktivitas pembangunan jalan dan gedung-gedung.
Untuk menghindari lenyapnya jenis-jenis yang ada maka perlu ada suatu lembaga yang mampu melakukan koleksi jenis-jenis tersebut. Pemerintah berbagai negara mensponsori kegiatan-kegiatan expedisi untuk tujuan koleksi plasma nutfah. Beberapa lembaga internasional telah melakukan koleksi secara intensif. Misalnya : IRRI (International Rice Research Institute) di Philipina mengkoleksi padi, CIMMYT (Centro International de Mejoramiento de Meizy Trigo) di Mexico mengkoleksi tanaman jagung dan wheat, CIAT (Central International Agricultural Tropical) di Kolumbia memiliki koleksi tanaman ketela pohon.
Lembaga-lembaga penelitian juga terdapat di masing-masing negara. Lembaga penelitian ini mengkoleksi tanaman penting di negara itu. Di Indonesia misalnya terdapat kebun koleksi tebu, kopi, kelapa, dll.
Preservasi
Manusia wajib melestarikan plasma nutfah untuk kepentingan manusia sendiri. Pada dasarnya ada dua cara untuk melestarikan plasma nutfah tanaman yaitu secara in situ dan ex situ. Pelestarian in situ dilakukan di tempat tumbuh aslinya (pelestarian habitat alaminya). Contohnya adalah cagar alam, hutan lindung. Cagar alam merupakan cara pelestarian pasif dan dianggap ideal karena juga melestarikan lingkungan sekitar. Pelestarian ex situ merupakan pelestarian di luar habitat alaminya. Pelestarian ex situ dilakukan dengan memindahkan individu yang dilestarikan dari tempat alaminya ke tempat lain. Pelestarian ex situ merupakan cara pelestarian aktif. Contohnya:
1. Kebun Raya (KR) Indonesia : KR Bogor melestarikan tanaman dataran rendah dan basah; KR Purwodadi meleatarikan tanaman dataran rendah dan kering; KR Cibodas melestarikan tanaman dataran tinggi Indonesia bagian barat; KR Ekakarya Bedugul melestarikan tanaman dataran tingkat tinggi Indonesia bagian timur.
2. Kebun koleksi. Kebun koleksi merupakan kebun di lembaga-lembaga penelitian yang dikembangkan sesuai misi lembaga tersebut. Misalnya kebun koleksi tebu di Pasuruan (Balai Penelitian Tebu).
3. Bank biji
4. Test tube bank : melestarikan dalam bentuk kultur jaringan tanaman, kultur anther, kultur sel. Keuntungan melestarikan dalam bentuk kultur jaringan antara lain: tidak memerlukan tempat yang luas, plasma nutfah bebas dari hama dan penyakit, dapat diperbanyak dengan cepat. Tetapi kerugiannya adalah: biaya mahal, memerlukan keahlian, kestabilan plasma nutfah tidak terjamin.
5. Cryopreservation: pelestarian melalui proses pembekuan dengan menggunakan N2 cair (-196 derajat Celcius). Dengan N2 cair metabolisme terhenti tetapi sel-sel tidak mati.
Bacaan lain:
- Slide Dasar genetika dan keanekaragaman (PPT)
Pustaka:
Esquinas-Alcázar. 1994. Plant Genetic Resources. In Hayward, M.D., Bosemark,N.O., Romagosa,I. (eds). Plant Breeding, Principles and prospects. Chapman & Hall, London.
Gardner, EJ., Simmons, MJ., Snustad, DP. 1991. The Principles of Genetics. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Hartana, A. 1992. Genetika Tumbuhan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sastrapradja, S.D. dan Rifai, M.A. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Plasma Nutfahnya. Puslitbang Bioteknologi, LIPI, Bogor.
Welsh, J.R. 1981. Fundamental of Plant Genetics and Breeding. John Willey & Sons, New York.
Senin, 16 Maret 2009
KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT
Deskripsi Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati adalah Seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta interaksi diantara mereka dan antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati atau keragaman hayati merujuk pada keberagaman bentuk-bentuk kehidupan: tanaman yang berbeda-beda, hewan dan mikroorganisme, gen-gen yang terkandung di dalamnya, dan ekosistem yang mereka bentuk. Kekayaan hidup adalah hasil dari sejarah ratusan juta tahun berevolusi.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Pasifik dan Hindia), dikaruniai keanekaragaman hayati yang amat kaya dan khas.
Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan keanekaragaman hayati. Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang rumit.
Proses evolusi memiliki arti bahwa kolam keragaman hidup bersifat dinamis: akan meningkat ketika varian genetik baru dihasilkan, spesies atau ekosistem baru terbentuk; akan menurun ketika varian genetik dalam salah satu spesies berkurang, salah satu spesies punah atau sebuah ekosistem yang kompleks menghilang. Konsep ini meliputi hubungan antar makhluk hidup dan proses-prosesnya.
Peringkat negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia
Negara Nilai Keanekaragaman Nilai Endemisme Nilai Total
Brazil 30 18 48
Indonesia 18 22 40
Kolombia 26 10 36
Australia 5 16 21
Mexico 8 7 15
Madagaskar 2 12 14
Peru 9 3 12
Cina 7 2 9
Filipina 0 8 8
India 4 4 8
Ekuador 5 0 5
Venezuela 3 0 3
Tingkatan Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan: keragaman genetik, keragaman spesies dan keragaman ekosistem.
• Keragaman genetik merujuk kepada perbedaan informasi genetik yang terkandung dalam setiap individu tanaman, hewan dan mikroorganisme. Keragaman genetik terdapat di dalam dan antara satu populasi spesies maupun spesies yang berbeda.
• Keragaman spesies merujuk pada berbedanya spesies-spesies yang hidup.
• Keragaman ekosistem berkaitan dengan perbedaan dari habitat, komunitas biotik, dan proses ekologi, termasuk juga tingginya keragaman yang terdapat pada ekosistem dengan perbedaan habitat dan berbagai jenis proses ekologi.
KERAGAMAN GENETIK
Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi variasi genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis rosella pipi putih, Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi variasi genetik dalam populasi yang sama, dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E. delegatensis, dan E. saligna.(2) Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan variasi berdasarkan DNA dan tehnik lainnya.(3)
Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gen-gen pada kumpulan tersebut.
Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitat-habitat yang ada, serta berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup.
Jumlah yang diperkirakan adalah terdapat kurang lebih 10,000,000,000 gen berbeda yang tersebar pada biota-biota di dunia, walaupun tidak semuanya memberikan kontribusi yang sama pada keragaman genetik.(4) Secara khusus, gen-gen yang mengontrol dasar proses biokimia dipertahankan secara kuat oleh berbagai kelompok spesies (atau taksa) dan umumnya memperlihatkan perbedaan yang kecil. Gen lain yang lebih terspesialisasi meperlihatkan tingkat variasi yang lebih besar.
KERAGAMAN SPESIES
Keragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspek-aspek keragaman spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok pengukuran: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik.(5)
Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui. Pengukuran keragaman spesies yang menyederhanakan informasi dari kekayaan dan kelimpahan relatif spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering didunakan.(5), (6). Pendekatan lainnya adalah dengan mengukur keragaman taksonomi atau filogenetik, yang mempertimbangkan hubungan genetik antara kelompok-kelompok spesies. Pengukuran yang didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis ini pada umumnya ditampilkan dalam bentuk ‘pohon’ yang mengesampingkan pola percabangan agar dapat mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait.
Pengukuran keragamamn taksonomi yang berbeda-beda berhubungan dengan bermacam-macamnya karakteristik taksa dan hubungan yang ada.(7), (8). Tingkat spesies pada umumnya dinilai sebagai yang paling sesuai untuk memperkirakan keragaman antara organisme. Hal ini disebabkan karena spesies merupakan fokus utama dari mekanisme evolusi sehingga terjabarkan dengan baik. Pada tingkat global, diperkirakan 1.7 juta spesies telah dijelaskan; saat ini diperkirakan jumlah total spesies yang ada berkisar antara lima juta hingga hampir mencapai 100 juta spesies.(9) Di Australia, dengan perkiraan jumlah total spesies lokal (kecuali bakteri dan virus) 475,000, kira-kira setengahnya telah diketahui, hanya seperempatnya telah dijelaskan secara formal.(10) Estimasi jumlah spesies ini diharapkan dapat meningkat melalui studi terhadap beberapa kelompok yang jarang diperhatikan; seperti mikroorganisme, fungi, nematoda, hama dan serangga.
Pada skala yang lebih besar keragaman spesies tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Satu pola yang paling jelas dalam penyebaran spesies di dunia adalah sebagian besar kekayaan spesies terpusat pada wilayah katulistiwa dan cenderung menurun ke arah kutub. Secara umum, terdapat lebih banyak spesies per unit area di wilayah tropis dibandingkan dengan wilayah sub-tropis dan lebih banyak spesies di wilayah sub-tropis dibandingkan wilayah di daerah kutub. Sebagai tambahan, keragaman di ekosistem darat pada umumnya berkurang sengan bertambahnya ketinggian. Faktor lain yang dipercaya mempengaruhi keragaman di darat adalah curah hujan dan tingkat nutrien. Pada ekosistem laut, kekayaan spesies cenderung terpusat pada lempeng benua, walaupun komunitas laut dalam juga cukup tinggi.
KERAGAMAN EKOSISTEM
Keragaman ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe ekosistem, keragaman habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap ekosistem. Lebih sulit untuk menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan dengan keragaman spesies atau genetik dikarenakan oleh ‘batasan’ dari komunitas (hubungan antar spesies) dan karena ekosistem lebih mudah berubah. Karena konsep ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat diterapkan pada berbagai skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya dikelompokkan menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan sub-tropis atau terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan ekositem adalah pada kondisi alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan siklus air dipertahankan.
Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem yang dapat dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah penting untuk mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian besar sistem klasifikasi telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara kerumitan ekologi dari komunitas dan sederhananya klasifikasi habitat yang umum.
Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe habitat berdasarkan iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang rumput sub-tropis. Beberapa sistem juga menggunakan biogeografi global untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan biota antar wilayah dunia yang mungkin memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa .
Australia dengan wilayah-wilayahnya memetakan sejumlah besar lingkungan daratan dan perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang rumput subtropis dan hutan tropis, dari terumbu karang hingga laut dalam. Tiap-tiap wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan interaksi yang besar antara maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai contoh, padang rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan maupun tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro. Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada penyebaran biji (contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang terdapat pada tiap habitat mikro.
Pengukuran dari keragaman ekosistem masih berada pada tahap awal. Akan tetapi, keragaman ekosistem merupakan elemen penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati dan seharusnya dapat tercermin pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati.
Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
• Sekitar 12 % (515 spesies, 39 % endemik) dari total spesies binatang menyusui, urutan kedua di dunia
• 7,3 % (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia, urutan keempat didunia
• 17 % (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, urutan kelima
• 270 spesies amfibi, 100 endemik, urutan keenam didunia
• 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar
• 35 spesies primata (urutan keempat, 18 % endemik)
• 121 spesies kupu-kupu (44 % endemik)
• Keanekaragaman ikan air tawar 1400 (urutan ke 3)
Taxonomic Group Species Endemic Species Percent Endemism
Plants 10,000 1,500 15
Mammals 201 123 61.2
Birds 697 249 35.7
Reptiles 188 122 64.9
Amphibians 56 35 62.5
Perkiraan manfaat ekosistem pesisir dan laut
• Nilai kegunaan dan non kegunaan hutan mangrove di Indonesia US$ 2,3 miliar (GEF/UNDP/IMO 1999)
• Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 567 juta (GEF/UNDP/IMO 1999)
• Nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91/ha/tahun (Bapedal dan PKSPL-IPB 1999)
• Nilai ekologi dan ekonomi sumberdaya rumput laut di Indonesia sekitar US$ 16 juta (GEF/UNDP/IMO 1999)
• Nilai manfaat ekonomi potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia sebesar US$ 15,1 miliar (Dahuri 2002)
• Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam penyediaan sumber penghidupan dan pekerjaan bagi jutaan penduduk di wil tsb
• Ekosistem pesisir dan laut merupakan penghubung antara berbagai pulau dan gugus pulau kecil di Indonesia (fungsi sosial politik sebagai jembatan Nusantara)
• Nilai jasa lingkungan :
- sebagai penyerap karbon (rumput laut) diperkirakan senilai US$ 180/ha/thn
- pelindung pantai dari erosi (mangrove)
web.ipb.ac.id/~mujizat/index.php?option=com... - Tembolok - Mirip
educorolla5.blogspot.com/.../keanekaragaman-hayati-laut-deskripsi.html - Tembolok
www.pdfqueen.com/pdf/ma/makalah...keragaman-genetik/3/ - Tembolok
Ho_Cky__011
membahas tentang masalah pertanian ...
Minggu, 02 Mei 2010
laporan praktikum chi-square test
Laporan Praktikum Genetika
Acara 5
“Chi-Square”
Dicky Andika S
NPM : E1J009056
Shift : V. Kamis (12.00-14.00)
Kelompok : 2
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
I . Pendahuluan
Dasar teori..
Chi-square merupakan salah satu alat analisis yang paling sering digunakan dala statistik. Dengan tujuan untuk uji Homogenitas dan uji indenpendensi. Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai benar dengan hukum Mendel. Kejadian ini biasanya meyebabkan kita bersikap ragu-ragu, apakah penyimpangan yang terjadi itu karena kebetulan saja ataukah karena memang ada faktor lain? Berhubung dengan itu perlu diadakan evaluasi terhadap kebenarannya atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dibandingkan dengan keadaan secara teoritis. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu ialah melakukan tes χ2 (bahasa inggrisnya: Chi-square test). Sebenarnya itu bukan huruf X, tetapi huruf Yunani “phi” ( χ ). Untuk mudahnya, huruf Yunani itu lalu dianggap sebagai huruf X. Ukuran seberapa besar deviasi tersebut dituliskan dalam formula atau rumus berikut:
OI = jumlah fenotip yang diamati pada fenotip ke – I
Ei = jumlah individu yang diharapkan atau secara teoritis
= total dari semua kemungkinan nilai untuk keseluruhan fenotip.
Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan pula besarnya derajat kebebasan (bahasa Inggrisnya: Degree of freedom), yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Sebelumnya menggunakan uji χ2 pada data pengamatan acara 1, 2, 3 menggunakan contoh persilangan tanamaan tomat yang tinggi dengan yang pendek, maka F1 semunya tinggi dan F2 terdiri dari 102 tanaman tinggi dan 44 tanaman pendek. Apakah data F2 ini memenuhi nisbih 3:1?. Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat menggunakan uji χ2 yang perhitungannya seperti pada tabel. Nilai χ2 adalah 2,0548, namun demikian apakah arti dari nilai χ2 ini? Tentunya apabila jumlah pengamatan untuk tiap fenotip memiliki nisbih yang sama dengan harapannya atau nilai – nilai teorinya maka nilai χ2 adalah 0. Jadi nilai x2 yang kecil menunjukkan data pengamatan dan teoritinya maka nilai χ2 yang kecil menunjukkan data pengamatan dan teoritisnya sangat dekat dan sebaliknya apabila nilai χ2 besar menunjukkan deviasi yang besar antara data pengamatan data yang diharapkan.
Tabel 5.1 Perhitungan χ2
Fenotipe Genotipe Oi Ei (Oi-Ei) (Oi–)2
Tinggi T- 102 109.5 -7.5 56,25 0,85137
Pendek Tt 44 36.5 7.5 56,25 1,5411
Total 146 146 0 0 2.0548
Nilai 109,5 = 3/(3+1)*146 yang merupakan nilai harapan untuk fenotipe rendah adalah = 1/(3+1)*146 = 36,5 angkat N = 146 adalah dinyatakan sebagai Ei = N
Nilai χ2 = 3,841 terletak dibawah probabilitas 5 %. Seseorang akan mendapatkan nilai χ2 = 3,841 karena kebetulannya, hanya kira-kira 5 % dari percobaan yang sama apabila hipotesisnya benar. Apabila χ2 lebih besar dari 3,481 maka probabilitas deviasi terjadi karena kebetulan akan lebih kecil dari 5 %. Apabila hal ini yang diperoleh, maka hipotesis yang menyatakan bahwa data pengamatan dan data teoritis sama atau sesuai ditolak. Dalam contoh diatas χ2 = 2,0548 ternyata lebih kecil dari 3,481. Kita dapat jelaskan bahwa deviasi yang terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data sesuai dengan nisbah 3 : 1.
Nilai 3,481 berasal dari χ2 (tabel chi-square), perhatikan nilai yang terletak dibagian atas dari tabel chi-square menunjukkan besarnya taraf uji dan disebelah kiri ke bawah menunjukkan degree of freedom atau derajad bebas (mulai dari 1, 2 …. Hingga 30). Derajat bebas dalam hal ini memiliki sama dengan banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu. Pada contoh diatas jumlah kelas hanya dua (tinggi dan rendah), jadi db (derajad bebas) = 1. Dengan melihat titik potong pada baris db=1dan taraf 5% ditemukan nilai 3,481 yang merupakan nilai maksimum dari χ2 yang dapat diterima bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka.
II. Tujuan Pratikum
Menghitung χ2 untuk menentukan apakah data yang diperoleh cocok atau sesuai dengan teori atau diharapkan.
Menginterpretasikan nilai χ2 yang dihitung dengan tabel χ2.
III. Bahan dan Metode Praktikum
Bahan dan alat yang digunakan dalam pratikum:
Kacang buncis merah dan putih
Kantong atau kotak
Petridish
Cara kerja:
Mencampurkan 200 biji kacang merah dan 200 biji kacang putih, aduk dan ditempatkan dalam satu kotak.
Mengambil sampel dari campuran diatas (1) sebanyak satu petridish penuh.
Memisahkan dan menghitung yang merah dan yang putih.
Mencatat data pada lembar kerja dan menghitung jumlah yang diharapkan berdasarkan jumlah sampel dan populasi kacang merah dan putih.
Melengkapi tabel lembar kerja dan menghitung χ2.
IV. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Perhitungan χ2 untuk sampel yang diambil dari populasi 200 kacang
merah dan 200 kacang putih.
1 Koin Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 213 ½ x 418 = 209 4 16
Putih 205 ½ x 418 = 209 -4 16
Total 418 418 0 0 0,152
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0,152 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:1).
Tabel 2. Perhitungan χ 2 untuk acara 2 (Mendel I), 20x
Fenotif Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 15 ¾ x 20 = 15 0 0
Putih 5 ¼ x 20 = 5 0 0
Total 20 20 0 0 0
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 3:1)
Tabel 3. Perhitungan χ 2 untuk acara 2 (Mendel I), 40x
Fenotif Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 29 ¾ x 40 = 30 -1 1
Putih 11 ¼ x 40 = 10 1 1
Total 40 40 0 0,066
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0,066 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 3:1).
Tabel 4. Perhitungan χ 2 untuk acara 2 (Mendel I), 60x
Fenotif Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 45 ¾ x 60 = 45 0 0
Putih 15 ¼ x 60 = 15 0 0
Total 60 60 0 0 0
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 3:1).
Tabel 5. Perhitungan χ 2 untuk acara 3 (Mendel II)
Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi (O-E)2 (O-E)2/E
32x 64x 32x 64x 32x 64x 32x 64x 32x 64x
Bulat-Kuning 13 41 18 36 -5 5 25 25 1,388 1,562
Bulat-Hijau 9 8 6 12 3 -4 9 16 1,5 1,333
Keriput-Kuning 7 7 6 12 1 -5 1 25 1,166 2,083
Keriput-Hijau 3 8 2 4 1 4 1 16 0,5 4
Total 32 64 32 64 0 0 0 0 3,554 8,978
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 3,554 dan 8,978 > 7,816 maka H0 ditolak. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesisi ditolak atau data pengamatan tidak sesuai dengan nilai teori (nisbah 9:3:3:1).
Tabel 6. Perhitungan χ 2 untuk acara 4 (Probabilitas), 30 x
1 Koin Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Gambar 19 15 4 16 1,066
Angka 11 15 -4 16 = 1,066
Total 30 30 0 32 2,132
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 2,132 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:1).
Tabel 7. Perhitungan χ 2 untuk acara 4 (Probabilitas), 40 x
3 Koin Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
3G – 0A 7 5 2 4 0,8
2G – 1A 10 15 -5 25 1,666
1G – 2A 16 15 1 1 0,066
0G – 3A 7 5 2 4 0,8
Total 40 40 0 34 3,332
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 3,332 < 7,816 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:3:3:1).
Tabel 8. Perhitungan χ 2 untuk acara 4 (Probabilitas), 48x
4 Koin Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
4G – 0A 2 3 -1 1 0,333
3G – 1A 9 12 -3 9 0,75
2G – 2A 20 18 2 4 0,5
1G – 3A 14 12 2 4 0,333
0G – 4A 3 3 0 0 0
Total 48 48 0 18 1,916
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 1,916 < 9,488 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:4:6:4:1).
V. Pembahasan
Uji square juga digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya deviasi pada data, apakah deviasi terjadi hanya kebetulan belaka atau memang ada kesalahan pada waktu pelaksanaan percobaan.Deviasi akan dinyatakan terjadi hanya kebetulan belaka apabila X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis diterima atau nilai yang diharapkan sama dengan teori atau harapan. Dan data akan dikatakan tidak sesuai dengan teori atau harapan apabila X2 hitung > X2.
Dari semua data yang di uji X2 tidak ada ditemui data yang tidak sesuai dengan teori/harapan, karena semua X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis diterima atau nilai yang diharapkan sama dengan teori atau harapan. Dan ada juga data yang sama sekali tidak ditemui adanya deviasi dengan kata lain data sama sekali sangat sesuai dengan teori atau yang diharapkan, sepeti pada acara probabilitas dan pada acara praktikum pertama(Hukum Mendel I dengan 20 X pengulangan).
Adanya perbedaan deviasi( observasi - harapan ) pada tiap perlakuan karena jumlah pengambilan yang dilakukan berbeda beda dan banyaknya objek juga berbeda beda .Namun terjadinya kesamaan hasil yang persis seperti teori/yang diharapkan tidak dapat diketahui penyebabnya dengan pasti. Karena kesamaan hasil yang diobservasi dengan harapan bisa saja terjadi hanya dengan kebetulan juga, karena pada saat pelaksanaan praktikum dilakukan beberapa kali pengulangan hingga diperoleh hasil observasi yang paling relative sama dengan harapan.
VI. Kesimpulan
χ2 hitung > χ2 tabel, maka Ho ditolak. Bahwa deviasi terjadi bukan karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis ditolak atau data pengamatan tidak sesuai dengan nilai teori.
χ2 hitung < χ2 tabel maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori.
Nilai χ2 dikatakan signifikan atau berarti. Maksudnya deviasi (penyimpangan) sangat berarti dan ada faktor lain di luar faktor kemungkinan yang mengambil peranan di situ.
Dalam perhitungan diperhatikan besarnya derajat kebebasan (Degree of Fredom), yang nilainya sama dengan Jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu.
Tujuan (Test χ2 ) Chi Square Test adalah untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan sesuai dengan nilai harapan aau expectasinya yang juga diartikan hasil observasinya sesuai dengan model atau teori.
Nilai χ2 hitung yang didapat harus dibandingkan dengan nilai χ2 tabel yang telah ditetapkan secara internasional. Apakah χ2 hitung yang diperoleh lebih kecil dari χ2 tabel maka data pengamatan kita dapat diterima, tapi jika χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel maka data pengamatan kita ditolak, Dalam perhitungan χ2 hitung dari percobaan acara 1, 2, dan 3 semua data dapat diterima (hasil observasinya sama dengan teori).
Bila jumlah pengamatan untuk tiap fenotif memiliki nilai yang sama dengan teorinya maka nilai χ2 adalah sama dengan nol, tapi nilai χ2 yang kecil menunjukkan data pengamatan dan teoritisnya sangat dekat, bila nilai χ2 besar menunjukkan deviasi yang besar antara data pengamatan dan teoritis
VII. Daftar Pustaka
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Suryo, H. 1984. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Welsh, James R.1991. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman.
Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
Syamsuri,Istamar,dkk.2004.biologi.jakarta:Erlangga.
http://bps.papua.go.id/wahyu/ebook/Statistik_Non_parametrik/MATERI%20TAMBAHAN%20PADA%20BUKU%20NON%20PARAMETRIK/UJI%20CHI-SQUARE%20PELENGKAP%20UJI%20SATU%20SAMPEL.pdf
http://www.ilmustatistik.org/node/15
Acara 5
“Chi-Square”
Dicky Andika S
NPM : E1J009056
Shift : V. Kamis (12.00-14.00)
Kelompok : 2
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
I . Pendahuluan
Dasar teori..
Chi-square merupakan salah satu alat analisis yang paling sering digunakan dala statistik. Dengan tujuan untuk uji Homogenitas dan uji indenpendensi. Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai benar dengan hukum Mendel. Kejadian ini biasanya meyebabkan kita bersikap ragu-ragu, apakah penyimpangan yang terjadi itu karena kebetulan saja ataukah karena memang ada faktor lain? Berhubung dengan itu perlu diadakan evaluasi terhadap kebenarannya atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dibandingkan dengan keadaan secara teoritis. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu ialah melakukan tes χ2 (bahasa inggrisnya: Chi-square test). Sebenarnya itu bukan huruf X, tetapi huruf Yunani “phi” ( χ ). Untuk mudahnya, huruf Yunani itu lalu dianggap sebagai huruf X. Ukuran seberapa besar deviasi tersebut dituliskan dalam formula atau rumus berikut:
OI = jumlah fenotip yang diamati pada fenotip ke – I
Ei = jumlah individu yang diharapkan atau secara teoritis
= total dari semua kemungkinan nilai untuk keseluruhan fenotip.
Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan pula besarnya derajat kebebasan (bahasa Inggrisnya: Degree of freedom), yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Sebelumnya menggunakan uji χ2 pada data pengamatan acara 1, 2, 3 menggunakan contoh persilangan tanamaan tomat yang tinggi dengan yang pendek, maka F1 semunya tinggi dan F2 terdiri dari 102 tanaman tinggi dan 44 tanaman pendek. Apakah data F2 ini memenuhi nisbih 3:1?. Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat menggunakan uji χ2 yang perhitungannya seperti pada tabel. Nilai χ2 adalah 2,0548, namun demikian apakah arti dari nilai χ2 ini? Tentunya apabila jumlah pengamatan untuk tiap fenotip memiliki nisbih yang sama dengan harapannya atau nilai – nilai teorinya maka nilai χ2 adalah 0. Jadi nilai x2 yang kecil menunjukkan data pengamatan dan teoritinya maka nilai χ2 yang kecil menunjukkan data pengamatan dan teoritisnya sangat dekat dan sebaliknya apabila nilai χ2 besar menunjukkan deviasi yang besar antara data pengamatan data yang diharapkan.
Tabel 5.1 Perhitungan χ2
Fenotipe Genotipe Oi Ei (Oi-Ei) (Oi–)2
Tinggi T- 102 109.5 -7.5 56,25 0,85137
Pendek Tt 44 36.5 7.5 56,25 1,5411
Total 146 146 0 0 2.0548
Nilai 109,5 = 3/(3+1)*146 yang merupakan nilai harapan untuk fenotipe rendah adalah = 1/(3+1)*146 = 36,5 angkat N = 146 adalah dinyatakan sebagai Ei = N
Nilai χ2 = 3,841 terletak dibawah probabilitas 5 %. Seseorang akan mendapatkan nilai χ2 = 3,841 karena kebetulannya, hanya kira-kira 5 % dari percobaan yang sama apabila hipotesisnya benar. Apabila χ2 lebih besar dari 3,481 maka probabilitas deviasi terjadi karena kebetulan akan lebih kecil dari 5 %. Apabila hal ini yang diperoleh, maka hipotesis yang menyatakan bahwa data pengamatan dan data teoritis sama atau sesuai ditolak. Dalam contoh diatas χ2 = 2,0548 ternyata lebih kecil dari 3,481. Kita dapat jelaskan bahwa deviasi yang terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data sesuai dengan nisbah 3 : 1.
Nilai 3,481 berasal dari χ2 (tabel chi-square), perhatikan nilai yang terletak dibagian atas dari tabel chi-square menunjukkan besarnya taraf uji dan disebelah kiri ke bawah menunjukkan degree of freedom atau derajad bebas (mulai dari 1, 2 …. Hingga 30). Derajat bebas dalam hal ini memiliki sama dengan banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu. Pada contoh diatas jumlah kelas hanya dua (tinggi dan rendah), jadi db (derajad bebas) = 1. Dengan melihat titik potong pada baris db=1dan taraf 5% ditemukan nilai 3,481 yang merupakan nilai maksimum dari χ2 yang dapat diterima bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka.
II. Tujuan Pratikum
Menghitung χ2 untuk menentukan apakah data yang diperoleh cocok atau sesuai dengan teori atau diharapkan.
Menginterpretasikan nilai χ2 yang dihitung dengan tabel χ2.
III. Bahan dan Metode Praktikum
Bahan dan alat yang digunakan dalam pratikum:
Kacang buncis merah dan putih
Kantong atau kotak
Petridish
Cara kerja:
Mencampurkan 200 biji kacang merah dan 200 biji kacang putih, aduk dan ditempatkan dalam satu kotak.
Mengambil sampel dari campuran diatas (1) sebanyak satu petridish penuh.
Memisahkan dan menghitung yang merah dan yang putih.
Mencatat data pada lembar kerja dan menghitung jumlah yang diharapkan berdasarkan jumlah sampel dan populasi kacang merah dan putih.
Melengkapi tabel lembar kerja dan menghitung χ2.
IV. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Perhitungan χ2 untuk sampel yang diambil dari populasi 200 kacang
merah dan 200 kacang putih.
1 Koin Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 213 ½ x 418 = 209 4 16
Putih 205 ½ x 418 = 209 -4 16
Total 418 418 0 0 0,152
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0,152 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:1).
Tabel 2. Perhitungan χ 2 untuk acara 2 (Mendel I), 20x
Fenotif Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 15 ¾ x 20 = 15 0 0
Putih 5 ¼ x 20 = 5 0 0
Total 20 20 0 0 0
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 3:1)
Tabel 3. Perhitungan χ 2 untuk acara 2 (Mendel I), 40x
Fenotif Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 29 ¾ x 40 = 30 -1 1
Putih 11 ¼ x 40 = 10 1 1
Total 40 40 0 0,066
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0,066 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 3:1).
Tabel 4. Perhitungan χ 2 untuk acara 2 (Mendel I), 60x
Fenotif Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Merah 45 ¾ x 60 = 45 0 0
Putih 15 ¼ x 60 = 15 0 0
Total 60 60 0 0 0
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 0 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 3:1).
Tabel 5. Perhitungan χ 2 untuk acara 3 (Mendel II)
Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi (O-E)2 (O-E)2/E
32x 64x 32x 64x 32x 64x 32x 64x 32x 64x
Bulat-Kuning 13 41 18 36 -5 5 25 25 1,388 1,562
Bulat-Hijau 9 8 6 12 3 -4 9 16 1,5 1,333
Keriput-Kuning 7 7 6 12 1 -5 1 25 1,166 2,083
Keriput-Hijau 3 8 2 4 1 4 1 16 0,5 4
Total 32 64 32 64 0 0 0 0 3,554 8,978
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 3,554 dan 8,978 > 7,816 maka H0 ditolak. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesisi ditolak atau data pengamatan tidak sesuai dengan nilai teori (nisbah 9:3:3:1).
Tabel 6. Perhitungan χ 2 untuk acara 4 (Probabilitas), 30 x
1 Koin Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
Gambar 19 15 4 16 1,066
Angka 11 15 -4 16 = 1,066
Total 30 30 0 32 2,132
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 2,132 < 3,841 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:1).
Tabel 7. Perhitungan χ 2 untuk acara 4 (Probabilitas), 40 x
3 Koin Pengamatan
(Observasi =O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
3G – 0A 7 5 2 4 0,8
2G – 1A 10 15 -5 25 1,666
1G – 2A 16 15 1 1 0,066
0G – 3A 7 5 2 4 0,8
Total 40 40 0 34 3,332
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 3,332 < 7,816 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:3:3:1).
Tabel 8. Perhitungan χ 2 untuk acara 4 (Probabilitas), 48x
4 Koin Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E) (O-E)2
4G – 0A 2 3 -1 1 0,333
3G – 1A 9 12 -3 9 0,75
2G – 2A 20 18 2 4 0,5
1G – 3A 14 12 2 4 0,333
0G – 4A 3 3 0 0 0
Total 48 48 0 18 1,916
Kesimpulan:
X2 hit < X2 tabel; 1,916 < 9,488 maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori (nisbah 1:4:6:4:1).
V. Pembahasan
Uji square juga digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya deviasi pada data, apakah deviasi terjadi hanya kebetulan belaka atau memang ada kesalahan pada waktu pelaksanaan percobaan.Deviasi akan dinyatakan terjadi hanya kebetulan belaka apabila X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis diterima atau nilai yang diharapkan sama dengan teori atau harapan. Dan data akan dikatakan tidak sesuai dengan teori atau harapan apabila X2 hitung > X2.
Dari semua data yang di uji X2 tidak ada ditemui data yang tidak sesuai dengan teori/harapan, karena semua X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis diterima atau nilai yang diharapkan sama dengan teori atau harapan. Dan ada juga data yang sama sekali tidak ditemui adanya deviasi dengan kata lain data sama sekali sangat sesuai dengan teori atau yang diharapkan, sepeti pada acara probabilitas dan pada acara praktikum pertama(Hukum Mendel I dengan 20 X pengulangan).
Adanya perbedaan deviasi( observasi - harapan ) pada tiap perlakuan karena jumlah pengambilan yang dilakukan berbeda beda dan banyaknya objek juga berbeda beda .Namun terjadinya kesamaan hasil yang persis seperti teori/yang diharapkan tidak dapat diketahui penyebabnya dengan pasti. Karena kesamaan hasil yang diobservasi dengan harapan bisa saja terjadi hanya dengan kebetulan juga, karena pada saat pelaksanaan praktikum dilakukan beberapa kali pengulangan hingga diperoleh hasil observasi yang paling relative sama dengan harapan.
VI. Kesimpulan
χ2 hitung > χ2 tabel, maka Ho ditolak. Bahwa deviasi terjadi bukan karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis ditolak atau data pengamatan tidak sesuai dengan nilai teori.
χ2 hitung < χ2 tabel maka H0 diterima. Bahwa deviasi terjadi karena kebetulan belaka, dengan demikian hipotesis diterima atau data pengamatan sesuai dengan nilai teori.
Nilai χ2 dikatakan signifikan atau berarti. Maksudnya deviasi (penyimpangan) sangat berarti dan ada faktor lain di luar faktor kemungkinan yang mengambil peranan di situ.
Dalam perhitungan diperhatikan besarnya derajat kebebasan (Degree of Fredom), yang nilainya sama dengan Jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu.
Tujuan (Test χ2 ) Chi Square Test adalah untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan sesuai dengan nilai harapan aau expectasinya yang juga diartikan hasil observasinya sesuai dengan model atau teori.
Nilai χ2 hitung yang didapat harus dibandingkan dengan nilai χ2 tabel yang telah ditetapkan secara internasional. Apakah χ2 hitung yang diperoleh lebih kecil dari χ2 tabel maka data pengamatan kita dapat diterima, tapi jika χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel maka data pengamatan kita ditolak, Dalam perhitungan χ2 hitung dari percobaan acara 1, 2, dan 3 semua data dapat diterima (hasil observasinya sama dengan teori).
Bila jumlah pengamatan untuk tiap fenotif memiliki nilai yang sama dengan teorinya maka nilai χ2 adalah sama dengan nol, tapi nilai χ2 yang kecil menunjukkan data pengamatan dan teoritisnya sangat dekat, bila nilai χ2 besar menunjukkan deviasi yang besar antara data pengamatan dan teoritis
VII. Daftar Pustaka
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Suryo, H. 1984. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Welsh, James R.1991. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman.
Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
Syamsuri,Istamar,dkk.2004.biologi.jakarta:Erlangga.
http://bps.papua.go.id/wahyu/ebook/Statistik_Non_parametrik/MATERI%20TAMBAHAN%20PADA%20BUKU%20NON%20PARAMETRIK/UJI%20CHI-SQUARE%20PELENGKAP%20UJI%20SATU%20SAMPEL.pdf
http://www.ilmustatistik.org/node/15
Laporan genetika probabilitas
Laporan Praktikum Genetika
Acara 4
“Probabilitas”
Dicky Andika S
NPM : E1J009056
Shift : V. Kamis (12.00-14.00)
Kelompok : 2
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
I. Pendahuluan
Dasar teori
Probabilitas atau peluang yang dimaksud dalam praktikum ini adalah nilai diantara 0 dan 1 yang mengggambarkan besarnya kesempatan yang muncul suatu hal atau kejadian pada kondisi tertentu. Peluang nilai 0 maksudnya kejadian tersebut tidak pernah terjadi dan bila nilainya 1 maka kejadian tersebut selalu atau pasti terjadi.
Cara yang dilakukan untuk menyatakan probabilitas ini ada dengan beberapa metode yaitu :
Metode klasik / A Priori
Metode ini dilakukan jika dikethui dari suatu tindakan bahwa kejadian A dapat muncul dalam m, cara dan total seluruh kemungkinan kejadian adalah n maka peluang sebenarnya dari A dapat dihitung dengan rumus P(A)
Peluang dicontohkan dengan melemparkan koin yang bergambar dan angka, maka peluang munculnya gambar adalah setengah dan peluang munculnya gambar juga setengah dikarenakan m adalah 1 tidak sama dengan banyaknya gambar muncul, dan total muncul semua cara adalah =2
Metode frekuensi / APosteriori
Jika peluang A muncul m kali dalam total percobaan n maka pengamatan munculnya peluang A adalah
Misalkan dalam 80 kali pelemparan mata uang ( yang tak harus seimbang ) munculnya angka sebanyak 45 kali (sisanya gamar) maka P akan (muncul Angka )=45/80
Metode subjektif
Terkadang adalah merupakan dugaan terbaik dari peluang yang akan muncul kejadian A yang tentunya hanya diperlukan dan sah, apabila tidak terdapat data numeric
Probabilitas dihitung berdasarkan perbandingan antara 1. jumlah kejadian yang timbul pada kondisi-kondisi tertentu dengan 2. jumlah keseluruhan dari kemunginan yang dapat terjadi. Probabilitas dengan nilai 0 sampai 1 dimana 0 tidak pernah terjadi dan 1 selalu terjadi. Model penggunaan teori peluang ini adalah dengan perbandingan 3:1. hukum probabilitas ini adalah landasan dasar studi genetik yang digunakan secara luas. Pemulia tananam akan selalu menganadalkan perhitungan probabilitas ini. Keberhasilan proses pengumpulan karakter terbaik sesuai dengan yang diinginkan amat menentukan kesuksesanya dalam mengembangkan varietas unggul.
Probabilitas dapat di rumuskan :
P(x) =
Keterangan :
P = probabilitas
X = pristiwa yang diharapkan
Y = pristiwa yang tidak diharapkan
P(X) = probabilitas dari kejaidan
Tujuan Praktikum :
Memahami prinsip-prinsip probabilitas yang melandsi Genetika
Membuktikan teori kemungkinan.
II. Bahan dan Metode Praktikum
Bahan Praktikum
1. Koin atau mata uang
2. Kertas karton sebagai alas melempar.
Cara pelaksanaan:
A. Pertama
1. melemparkan sebuah koin sebanyak 30 X
2. Tabulasikan hasil lemparan koin
3. Menghitung jumlah gambar dan angka yang muncul
4. Menetukan perbedaan antara hasil percobaan dan yang diharapkan.
B. Kedua
1. Menggunakan tiga koin secara serentak
2. Melemparkan sebanyak 40 X
3. Tabulasikan hasil lemparan tersebut
4. Menghitung kemungkinan jumlah kombinasi gambar dan angka yang muncul.
5. Menentukan perbedaan antara hasil percobaan dan yang diharapkan.
C. Ketiga
Mengulang setiap langkah pada prosedur B, dengan menggunakan empat koin secara serentak sebanyak 48 X lemparan.
III. Hasil pengamatan
Tabel 1.Perbandingan/nisbah Pengamatan observasi dan Nisbah Harapan untuk Pengambilan 30 X.
1 Koin Pengamatan
(Observasi) Harapan
(Expected) Deviasi
( O-E)
Gambar 19 x 1 x 30 = 15
19 – 15 = 4
Angka 11 x 1 x 30 = 15
11 – 15 = -4
Total 30 30 0
Tabel 2.Perbandingan/nisbah Pengamatan observasi dan Nisbah Harapan untuk Pengambilan 40 X.
3 Koin Pengamatan
(Observasi) Harapan
(Expected) Deviasi
( O-E)
3G-0A 7 x 1 x 40 = 5
2
2G-1A 10 x 3 x 40 = 15
-5
1G-2A 16 x 3 x 40 = 15
1
0G-3A 7 x 1 x 40 = 5
2
Total 40 40 0
Tabel 3.Perbandingan/nisbah Pengamatan observasi dan Nisbah Harapan untuk Pengambilan 48 X.
3 Koin Pengamatan
(Observasi) Harapan
(Expected) Deviasi
( O-E)
4G-0A 2 x 1 x 48 = 3
-1
3G-1A 9 x 4 x 48 = 12
-3
2G-2A 20 x 6 x 48 = 18
2
1G-3A 14 x 4 x 48 = 12
2
0G-4A 3 x 1 x 48 = 3
0
Total 48 48 0
IV. Pembahasan
Probabilitas dihitung berdasarkan perbandingan antara 1. jumlah kejadian yang timbul pada kondisi-kondisi tertentu dengan 2. jumlah keseluruhan dari kemunginan yang dapat terjadi. Probabilitas dengan nilai 0 sampai 1 dimana 0 tidak pernah terjadi dan 1 selalu terjadi. Model penggunaan teori peluang ini adalah dengan perbandingan 3:1.
Dalam percobaan melempar mata uang logam (yang dapat muncul gambar dan angka), maka peluang muncul angka 50% karna m = 1 = banyaknya cara gambar muncul dari total muncul semua cara = 2.
Dalam metode frekuensi di jelaskan bahwa jika kejadian A muncul sebanyak m kali dalam hasil percobaan n, maka peluang pengamatan munculnya A adalah P(A) = m/n. Misalnya bila dilakukan 80 X pelemparan mata uang munculnya angka sebanyak 45 X (sisanya gambar), maka P(munculnya gambar)= 45/80.
Seperti halnya pada acara praktikum kali ini yang menggunakan mata uang logam dengan 2 sisi yang berbeda motif(gambar dan angka), dalam 30 X pelemparan dengan menggunakan 1 koin didapatkan gambar sebanyak 13 dan angka sebanyak 17, maka jelas ditemuai adanya deviasi pada kedua sisi mata uang tersebut dimana banyaknya harapan muncul adalah sama besar yaitu masing-masing 15.
Hukum probabilitas merupakan landasan genetika yang digumakan secara luas seperti pemuliaan tanaman yang selalu berkecimpung dalam pengumpulan gen-gen unggul yang akan senantiasa mengandalkan perhitungan probabilitas. Jika hasil tepat pada penghitungan maka probabilitas atau kemungkinan dapat diterima.
V. Kesimpulan
Setelah melakukan acara praktikum ini, maka dapat disimpulkan :
Metode yang dilakukan untuk menyatakan peluang yaitu metode klasik, metode frekuensi dan subjektif.
Hukum probabilitas merupakan landasan genetika yang digumakan secara luas seperti pemuliaan tanaman yang selalu berkecimpung dalam pengumpulan gen-gen unggul yang akan senantiasa mengandalkan perhitungan probabilitas.
Pada Pengambilan 30 X ditemui .Deviasi( O-E) sebanyak 0, pada Pengambilan 40 X ditemui deviasi sebanyak 0. dan untuk Pengambilan 48 X.ditemui deviasi sebanyak 0
Prinsip – prinsip probabilitas dapat membuktikan teori hukum mendel I dan mendel II.
Hasil pengamatan membuktikan teori kemungkinan
Pertanyaan :
Jika ada 4 anak yang lahir di rumah sakit pada saat yang sama, maka :
1. Berapakah nilai probabilitas bahwa keempat anak yang lahir tersebut semuanya laki-laki?
2. Berapakah nilai probabilitas bahwa yang lahir 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan ?
3. Berapakah nilai pobabilitas bahwa yang lahir 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan ?
4. Berapakah paling banyak terjadi kombinasi anak laki-laki dan anak perempuan di antara 4 bayi tersebut ? mengapa ?
Jawaban :
1. C44 = 4 anak laki – laki = 4! = 1 = 1/16
4!(4-4)!
2. C43 = 3 anak laki – laki = 4! = 4 = 4/16
4!(4-3)!
3. C42 = 2 anak laki – laki = 4! = 6 = 6/16
4!(4-2)!
4. Kombinasi C42 dari 6/16 karena kombinasinya terbanyak dari kombinasi yang lain
VI. DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengasuh Praktikum (2009). Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Laboratorium Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Sudjadi, Bagod. 2005. Biologi. Surabaya: Yudhistira.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas
Bengkulu.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga
Http ://www.google.com/Wikipedia/probababilitas
Acara 4
“Probabilitas”
Dicky Andika S
NPM : E1J009056
Shift : V. Kamis (12.00-14.00)
Kelompok : 2
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
I. Pendahuluan
Dasar teori
Probabilitas atau peluang yang dimaksud dalam praktikum ini adalah nilai diantara 0 dan 1 yang mengggambarkan besarnya kesempatan yang muncul suatu hal atau kejadian pada kondisi tertentu. Peluang nilai 0 maksudnya kejadian tersebut tidak pernah terjadi dan bila nilainya 1 maka kejadian tersebut selalu atau pasti terjadi.
Cara yang dilakukan untuk menyatakan probabilitas ini ada dengan beberapa metode yaitu :
Metode klasik / A Priori
Metode ini dilakukan jika dikethui dari suatu tindakan bahwa kejadian A dapat muncul dalam m, cara dan total seluruh kemungkinan kejadian adalah n maka peluang sebenarnya dari A dapat dihitung dengan rumus P(A)
Peluang dicontohkan dengan melemparkan koin yang bergambar dan angka, maka peluang munculnya gambar adalah setengah dan peluang munculnya gambar juga setengah dikarenakan m adalah 1 tidak sama dengan banyaknya gambar muncul, dan total muncul semua cara adalah =2
Metode frekuensi / APosteriori
Jika peluang A muncul m kali dalam total percobaan n maka pengamatan munculnya peluang A adalah
Misalkan dalam 80 kali pelemparan mata uang ( yang tak harus seimbang ) munculnya angka sebanyak 45 kali (sisanya gamar) maka P akan (muncul Angka )=45/80
Metode subjektif
Terkadang adalah merupakan dugaan terbaik dari peluang yang akan muncul kejadian A yang tentunya hanya diperlukan dan sah, apabila tidak terdapat data numeric
Probabilitas dihitung berdasarkan perbandingan antara 1. jumlah kejadian yang timbul pada kondisi-kondisi tertentu dengan 2. jumlah keseluruhan dari kemunginan yang dapat terjadi. Probabilitas dengan nilai 0 sampai 1 dimana 0 tidak pernah terjadi dan 1 selalu terjadi. Model penggunaan teori peluang ini adalah dengan perbandingan 3:1. hukum probabilitas ini adalah landasan dasar studi genetik yang digunakan secara luas. Pemulia tananam akan selalu menganadalkan perhitungan probabilitas ini. Keberhasilan proses pengumpulan karakter terbaik sesuai dengan yang diinginkan amat menentukan kesuksesanya dalam mengembangkan varietas unggul.
Probabilitas dapat di rumuskan :
P(x) =
Keterangan :
P = probabilitas
X = pristiwa yang diharapkan
Y = pristiwa yang tidak diharapkan
P(X) = probabilitas dari kejaidan
Tujuan Praktikum :
Memahami prinsip-prinsip probabilitas yang melandsi Genetika
Membuktikan teori kemungkinan.
II. Bahan dan Metode Praktikum
Bahan Praktikum
1. Koin atau mata uang
2. Kertas karton sebagai alas melempar.
Cara pelaksanaan:
A. Pertama
1. melemparkan sebuah koin sebanyak 30 X
2. Tabulasikan hasil lemparan koin
3. Menghitung jumlah gambar dan angka yang muncul
4. Menetukan perbedaan antara hasil percobaan dan yang diharapkan.
B. Kedua
1. Menggunakan tiga koin secara serentak
2. Melemparkan sebanyak 40 X
3. Tabulasikan hasil lemparan tersebut
4. Menghitung kemungkinan jumlah kombinasi gambar dan angka yang muncul.
5. Menentukan perbedaan antara hasil percobaan dan yang diharapkan.
C. Ketiga
Mengulang setiap langkah pada prosedur B, dengan menggunakan empat koin secara serentak sebanyak 48 X lemparan.
III. Hasil pengamatan
Tabel 1.Perbandingan/nisbah Pengamatan observasi dan Nisbah Harapan untuk Pengambilan 30 X.
1 Koin Pengamatan
(Observasi) Harapan
(Expected) Deviasi
( O-E)
Gambar 19 x 1 x 30 = 15
19 – 15 = 4
Angka 11 x 1 x 30 = 15
11 – 15 = -4
Total 30 30 0
Tabel 2.Perbandingan/nisbah Pengamatan observasi dan Nisbah Harapan untuk Pengambilan 40 X.
3 Koin Pengamatan
(Observasi) Harapan
(Expected) Deviasi
( O-E)
3G-0A 7 x 1 x 40 = 5
2
2G-1A 10 x 3 x 40 = 15
-5
1G-2A 16 x 3 x 40 = 15
1
0G-3A 7 x 1 x 40 = 5
2
Total 40 40 0
Tabel 3.Perbandingan/nisbah Pengamatan observasi dan Nisbah Harapan untuk Pengambilan 48 X.
3 Koin Pengamatan
(Observasi) Harapan
(Expected) Deviasi
( O-E)
4G-0A 2 x 1 x 48 = 3
-1
3G-1A 9 x 4 x 48 = 12
-3
2G-2A 20 x 6 x 48 = 18
2
1G-3A 14 x 4 x 48 = 12
2
0G-4A 3 x 1 x 48 = 3
0
Total 48 48 0
IV. Pembahasan
Probabilitas dihitung berdasarkan perbandingan antara 1. jumlah kejadian yang timbul pada kondisi-kondisi tertentu dengan 2. jumlah keseluruhan dari kemunginan yang dapat terjadi. Probabilitas dengan nilai 0 sampai 1 dimana 0 tidak pernah terjadi dan 1 selalu terjadi. Model penggunaan teori peluang ini adalah dengan perbandingan 3:1.
Dalam percobaan melempar mata uang logam (yang dapat muncul gambar dan angka), maka peluang muncul angka 50% karna m = 1 = banyaknya cara gambar muncul dari total muncul semua cara = 2.
Dalam metode frekuensi di jelaskan bahwa jika kejadian A muncul sebanyak m kali dalam hasil percobaan n, maka peluang pengamatan munculnya A adalah P(A) = m/n. Misalnya bila dilakukan 80 X pelemparan mata uang munculnya angka sebanyak 45 X (sisanya gambar), maka P(munculnya gambar)= 45/80.
Seperti halnya pada acara praktikum kali ini yang menggunakan mata uang logam dengan 2 sisi yang berbeda motif(gambar dan angka), dalam 30 X pelemparan dengan menggunakan 1 koin didapatkan gambar sebanyak 13 dan angka sebanyak 17, maka jelas ditemuai adanya deviasi pada kedua sisi mata uang tersebut dimana banyaknya harapan muncul adalah sama besar yaitu masing-masing 15.
Hukum probabilitas merupakan landasan genetika yang digumakan secara luas seperti pemuliaan tanaman yang selalu berkecimpung dalam pengumpulan gen-gen unggul yang akan senantiasa mengandalkan perhitungan probabilitas. Jika hasil tepat pada penghitungan maka probabilitas atau kemungkinan dapat diterima.
V. Kesimpulan
Setelah melakukan acara praktikum ini, maka dapat disimpulkan :
Metode yang dilakukan untuk menyatakan peluang yaitu metode klasik, metode frekuensi dan subjektif.
Hukum probabilitas merupakan landasan genetika yang digumakan secara luas seperti pemuliaan tanaman yang selalu berkecimpung dalam pengumpulan gen-gen unggul yang akan senantiasa mengandalkan perhitungan probabilitas.
Pada Pengambilan 30 X ditemui .Deviasi( O-E) sebanyak 0, pada Pengambilan 40 X ditemui deviasi sebanyak 0. dan untuk Pengambilan 48 X.ditemui deviasi sebanyak 0
Prinsip – prinsip probabilitas dapat membuktikan teori hukum mendel I dan mendel II.
Hasil pengamatan membuktikan teori kemungkinan
Pertanyaan :
Jika ada 4 anak yang lahir di rumah sakit pada saat yang sama, maka :
1. Berapakah nilai probabilitas bahwa keempat anak yang lahir tersebut semuanya laki-laki?
2. Berapakah nilai probabilitas bahwa yang lahir 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan ?
3. Berapakah nilai pobabilitas bahwa yang lahir 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan ?
4. Berapakah paling banyak terjadi kombinasi anak laki-laki dan anak perempuan di antara 4 bayi tersebut ? mengapa ?
Jawaban :
1. C44 = 4 anak laki – laki = 4! = 1 = 1/16
4!(4-4)!
2. C43 = 3 anak laki – laki = 4! = 4 = 4/16
4!(4-3)!
3. C42 = 2 anak laki – laki = 4! = 6 = 6/16
4!(4-2)!
4. Kombinasi C42 dari 6/16 karena kombinasinya terbanyak dari kombinasi yang lain
VI. DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengasuh Praktikum (2009). Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Laboratorium Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Sudjadi, Bagod. 2005. Biologi. Surabaya: Yudhistira.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas
Bengkulu.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga
Http ://www.google.com/Wikipedia/probababilitas
laporan genetika hukum mendek II
I. Pendahuluan
1.1 Dasar teori
Gregor Mendel (1865) mengemukakan teori tentang sistem pewarisan. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross).Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.
Selain merupakan mono-hibrid, Mendel juga melakukan persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid). Persilangan yang dilakukannya bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pasangan –pasangan alela dari karakter tersebut.untuk itu tanaman kapri yang memiliki biji bulat warna kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri biji keriput warna hijau (bbkk). Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk yang homogen tersebut menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1nya (BbKk) adalah hibrida, dan persilangan anrara BBKK X bbkk adalah persilangan dihibrid. Alel bagi biji bulat berwarna kuning bersifat dominan penuh terhadap alel bagi biji keriput berwarna hijau.
1.2 Tujuan praktikum :
• Menentukan dan membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum Mendel pada persilangan dengan dua sifat beda (dihibrida).
II. Bahan dan Metode Praktikum
2.1 Bahan Praktikum:
Kancing genetik 4 warna
Dua buah stoples
2.2 Cara pelaksanaan:
1. Mengambil sepasang model gen merah,putih,hijau, dan kuning. Dalam hal ini warna gen merah (B) pembawa sifat untuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk biji keriput. Seangkan warna gen kuning (K) pembawa sifat untuk biji berwarna kuning dan dominan terhadap hijau (k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
2. Membuka pasangan gen tersebut. Hal ini diumpamakan sebagai pemisahan gen pada saat pembentukan gamet dar kedua induk. Pada proses ini diasumsikan bahwa fertilisai terjadi secara acak.
3. Menentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. Membuat pasangan model gen untuk meneriskan macam gen yang terbentukpada F1, satu pasang gen dianggap satu macam gamet.
5. Membuat model gamet yang sama seperti langkah ke 4, masing-masing 16.
6. Delapan pasang dari masing-masing model gen dimasukkan kedalam stoplesI dan 8 pasangan lagi ke stoples II. Dikocok dan diaduk hingga tercampour dengan baik.
7. Secara serentak dan acak, mengambil model gen (gamet) dari masing-masing stoples, lalu dipasangkan guna menentukan kombinasi genotipenya.
8. Mencatat hasil kombinasi yang didapatkan.
9. Pasangan yan terambil dikembalikan kedalam stoples masing-masing dan melakukan pengmbilan sebanyak 32 X dan 64 X.
III. Hasil
Dari pelaksanaan dan setelah melakukan pengulangan pengambilan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. nisbah pengamatan Fenotipe
Fenotipe Genotipe Frekuensi Genotipe Frekuensi Fenotipe
32 X 64 X 32 X 64 X
Bulat-kuning
(Merah-Kuning)
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk 5
5
5
2 10
9
8
7 18 35
Bulat-hijau
(Merah-hijau) BBkk
Bbkk 3
3 8
5 6 13
keriput-Kuning
(putih-Kuning) bbKK
bbKk 3
4 5
7 7 12
keriput-hijau
(putih-hijau) bbkk 1 4 1 4
Total 32 64 32 64
Tabel 2. Perbandingan/nisbah Fenotipe Pengamatan/observasi (O) dan Nisbah harapan (E).
Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi
32 X 64 X 32 X 64 X 32 X 64 X
Bulat-kuning
(Merah-Kuning)
18 35 18 36 0 -1
Bulat-hijau
(Merah-hijau) 6 13 6 12 0 1
keriput-Kuning
(putih-Kuning) 7 12 6 12 1 0
keriput-hijau
(putih-hijau) 1 4 2 4 -1 0
Total 32 64 32 64 0 0
IV. Pembahasan
Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk yang homogen akan menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1nya (BbKk) adalah hibrida, dan persilangan antara BBKK X bbkk adalah persilangan dihibrid. Alel bagi biji bulat berwarna kuning bersifat dominan penuh terhadap alel bagi biji keriput berwarna hijau.
Pada pengamatan pengambilan pertama, baik pengambilan 32 X maupun pengambilan 64 X ditemukan deviasi (observasi – harapan) yang cukup besar dan agak menyimpang dari ketentuan perbandingan fenotipe hukum Mendel (9:3:3:1). Setelah melakukan pengulangan pengambilan akhirnya ditemuai deviasi yang cukup kecil (-1 dan 1), yang artinya sudah mendekati dengan ketentuan perbandingan fenotipe hukum Mendel II . dari hal tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin banyak sifat beda yang dikawinkan dan semakin banyak jumlah pengambilan maka peluang deviasi akan semakin tinggi juga, mengingat pada acara praktikum hukum Mendel I tidak banyak ditemui deviasi karena hanya memiliki satu jenis sifat beda.
V. Kesimpulan
Setelah melakukan acara praktikum hukum Mendel II, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni :
1. Setelah melakukan pengulangan sebanyak 2X, akhirnya dapat ditemukan perbandingan fenotipe yang mendekati dengan ketentuan Mendel.
2. Semakin banyak jumlah pengambilan maka akan semakin besar peluang deviasi yang diperoleh.
3. Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk yang homogen akan menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut
Daftar Pustaka
Suryati,D. 2008. PENUNTUN PRAKTIKUM GENETIKA DASAR.Universitas Bengkulu.Bengkulu.
Syamsuri,Istamar,dkk.2004.biologi.jakarta:Erlangga
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=5&sa=N
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=13&sa=N
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0121%20Bio%203-2b.htm
Pertanyaan dan Jawaban
1. Ada berapa kombinasi genotipe yang muncul dari pesilangan tersebut ?
• Kombinasi genotipe yang muncul sebanyak 9, yakni : BBKK,BBKk, BbKK, BbKk, BBkk, Bbkk, bbKK, bbKk, dan bbkk.
2. Tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh !
• Perbandingan fenotipe pada pengambilan 32 X diperoleh 18:6:7:1
• Perbandingan fenotipe pada pengambilan 64Xdiperoleh 35:13:12:4.
3. Jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan dengan kejadian di alam nyata !
• Prinsip persilangan yang terjadi di alam nyata, bisa kita lihat dari apa yang dilakukan oleh para peneliti untuk memperoleh hasil (spesies) yang lebih bagus dari suatu varietas. Misalnya, persilangan yang dilakukan pada tanaman padi, yang berumur panjang dan aroma harum disilangkan dengan padi berumur pendek tak beraroma sehingga salah satu keturunannya diharapkan berumur pendek dan ber aroma. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan prinsip persilangan Mendel sangatlah benar adanya.
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA DASAR
“HUKUM MENDEL II”
Oleh
NAMA : dicky andika sinaga
NPM : E1J009056
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
1.1 Dasar teori
Gregor Mendel (1865) mengemukakan teori tentang sistem pewarisan. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross).Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.
Selain merupakan mono-hibrid, Mendel juga melakukan persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid). Persilangan yang dilakukannya bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pasangan –pasangan alela dari karakter tersebut.untuk itu tanaman kapri yang memiliki biji bulat warna kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri biji keriput warna hijau (bbkk). Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk yang homogen tersebut menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1nya (BbKk) adalah hibrida, dan persilangan anrara BBKK X bbkk adalah persilangan dihibrid. Alel bagi biji bulat berwarna kuning bersifat dominan penuh terhadap alel bagi biji keriput berwarna hijau.
1.2 Tujuan praktikum :
• Menentukan dan membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum Mendel pada persilangan dengan dua sifat beda (dihibrida).
II. Bahan dan Metode Praktikum
2.1 Bahan Praktikum:
Kancing genetik 4 warna
Dua buah stoples
2.2 Cara pelaksanaan:
1. Mengambil sepasang model gen merah,putih,hijau, dan kuning. Dalam hal ini warna gen merah (B) pembawa sifat untuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk biji keriput. Seangkan warna gen kuning (K) pembawa sifat untuk biji berwarna kuning dan dominan terhadap hijau (k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
2. Membuka pasangan gen tersebut. Hal ini diumpamakan sebagai pemisahan gen pada saat pembentukan gamet dar kedua induk. Pada proses ini diasumsikan bahwa fertilisai terjadi secara acak.
3. Menentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. Membuat pasangan model gen untuk meneriskan macam gen yang terbentukpada F1, satu pasang gen dianggap satu macam gamet.
5. Membuat model gamet yang sama seperti langkah ke 4, masing-masing 16.
6. Delapan pasang dari masing-masing model gen dimasukkan kedalam stoplesI dan 8 pasangan lagi ke stoples II. Dikocok dan diaduk hingga tercampour dengan baik.
7. Secara serentak dan acak, mengambil model gen (gamet) dari masing-masing stoples, lalu dipasangkan guna menentukan kombinasi genotipenya.
8. Mencatat hasil kombinasi yang didapatkan.
9. Pasangan yan terambil dikembalikan kedalam stoples masing-masing dan melakukan pengmbilan sebanyak 32 X dan 64 X.
III. Hasil
Dari pelaksanaan dan setelah melakukan pengulangan pengambilan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. nisbah pengamatan Fenotipe
Fenotipe Genotipe Frekuensi Genotipe Frekuensi Fenotipe
32 X 64 X 32 X 64 X
Bulat-kuning
(Merah-Kuning)
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk 5
5
5
2 10
9
8
7 18 35
Bulat-hijau
(Merah-hijau) BBkk
Bbkk 3
3 8
5 6 13
keriput-Kuning
(putih-Kuning) bbKK
bbKk 3
4 5
7 7 12
keriput-hijau
(putih-hijau) bbkk 1 4 1 4
Total 32 64 32 64
Tabel 2. Perbandingan/nisbah Fenotipe Pengamatan/observasi (O) dan Nisbah harapan (E).
Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi
32 X 64 X 32 X 64 X 32 X 64 X
Bulat-kuning
(Merah-Kuning)
18 35 18 36 0 -1
Bulat-hijau
(Merah-hijau) 6 13 6 12 0 1
keriput-Kuning
(putih-Kuning) 7 12 6 12 1 0
keriput-hijau
(putih-hijau) 1 4 2 4 -1 0
Total 32 64 32 64 0 0
IV. Pembahasan
Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk yang homogen akan menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1nya (BbKk) adalah hibrida, dan persilangan antara BBKK X bbkk adalah persilangan dihibrid. Alel bagi biji bulat berwarna kuning bersifat dominan penuh terhadap alel bagi biji keriput berwarna hijau.
Pada pengamatan pengambilan pertama, baik pengambilan 32 X maupun pengambilan 64 X ditemukan deviasi (observasi – harapan) yang cukup besar dan agak menyimpang dari ketentuan perbandingan fenotipe hukum Mendel (9:3:3:1). Setelah melakukan pengulangan pengambilan akhirnya ditemuai deviasi yang cukup kecil (-1 dan 1), yang artinya sudah mendekati dengan ketentuan perbandingan fenotipe hukum Mendel II . dari hal tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin banyak sifat beda yang dikawinkan dan semakin banyak jumlah pengambilan maka peluang deviasi akan semakin tinggi juga, mengingat pada acara praktikum hukum Mendel I tidak banyak ditemui deviasi karena hanya memiliki satu jenis sifat beda.
V. Kesimpulan
Setelah melakukan acara praktikum hukum Mendel II, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni :
1. Setelah melakukan pengulangan sebanyak 2X, akhirnya dapat ditemukan perbandingan fenotipe yang mendekati dengan ketentuan Mendel.
2. Semakin banyak jumlah pengambilan maka akan semakin besar peluang deviasi yang diperoleh.
3. Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk yang homogen akan menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut
Daftar Pustaka
Suryati,D. 2008. PENUNTUN PRAKTIKUM GENETIKA DASAR.Universitas Bengkulu.Bengkulu.
Syamsuri,Istamar,dkk.2004.biologi.jakarta:Erlangga
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=5&sa=N
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=13&sa=N
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0121%20Bio%203-2b.htm
Pertanyaan dan Jawaban
1. Ada berapa kombinasi genotipe yang muncul dari pesilangan tersebut ?
• Kombinasi genotipe yang muncul sebanyak 9, yakni : BBKK,BBKk, BbKK, BbKk, BBkk, Bbkk, bbKK, bbKk, dan bbkk.
2. Tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh !
• Perbandingan fenotipe pada pengambilan 32 X diperoleh 18:6:7:1
• Perbandingan fenotipe pada pengambilan 64Xdiperoleh 35:13:12:4.
3. Jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan dengan kejadian di alam nyata !
• Prinsip persilangan yang terjadi di alam nyata, bisa kita lihat dari apa yang dilakukan oleh para peneliti untuk memperoleh hasil (spesies) yang lebih bagus dari suatu varietas. Misalnya, persilangan yang dilakukan pada tanaman padi, yang berumur panjang dan aroma harum disilangkan dengan padi berumur pendek tak beraroma sehingga salah satu keturunannya diharapkan berumur pendek dan ber aroma. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan prinsip persilangan Mendel sangatlah benar adanya.
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA DASAR
“HUKUM MENDEL II”
Oleh
NAMA : dicky andika sinaga
NPM : E1J009056
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
laporan genetika hukum mendel I
Laporan Praktikum Genetika
Acara 2
Hukum Mendel I
Dicky Andika S
NPM : E1J009056
Shift : V. Kamis (12.00-14.00)
Kelompok : 2
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
I.Pendahuluan
Dasar teori
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865 atau disebut hokum segregasi. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.
Hukum mendel Ipertama adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda (monohibrid). Setiap individu yang berkembang biak secaraseksual terbentuk dari peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel setiap sifat/karakter di tentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum mendel pertama berlaku waktu gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Dalam peristiwa meiosis gen sealel akan terpisah, masing-masing membentuk gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi dua macam gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1×F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan atau perkawinan.
Untuk contoh mendel mengambil dari tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross).Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi. Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.
RATIO FENOTIP (F2) HIBRIDA NORMAL MENURUT MENDEL
Monohibrida 3: 1 (Hukum Dominasi penuh) n= 1, jumlah gamet = 2
Dihibrida 9: 3: 3: 1 n= 2, jumlah gamet = 4
Trihibrida 27: 9: 9: 9: 3: 3 : 3: 1 n= 3, jumlah gamet = 8
Polihibrida (3:1)n n= n, jumlah gamet = 2n
(n) = jenis sifat berbeda (hibridanya).
Intermediat 1 : 2 : 1 ——> sifat "SAMA DOMINAN"; percobaan pada bunga Antirrhinum majus.
Tujuan Praktikum :
Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan ukum mendel I.
Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
Memahami pengertian dominan, resesif, genotif, dan fenotif.
I. Bahan dan Metode Praktikum
Bahan dan Alat yang digunakan :
Model gen (kancing genetik) 2 warna
Dua buah stoples.
Cara kerja :
Dengarkan arahan dari dosen pembimbing atau co-asst.
Mengambil model gen merah dan putih, masing-masingg 30 pasang( 30 jantan & 30 betina)
Menyisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu mera da individu putih.
Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah maupun individu putih.
Menggabingkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturnan indivdu merah dan individu putih.
Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.
Memasukkan semua model gen jantan merah dan putih kedalam stoples jantan dan model gen betina merah dan putih kedalam stoples betina.
Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut, mengambil secara acak dari masing-masing stoples, kemudian memasangkan.
Melakukan pengambilan model gen secara terus menerus sampai habis dan mencatat setiap gen yang terambil kedalam table pencatatan.
Bisa juga mengembalikan model gen yan terambil (langkah 8) kedalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi. Melakukan pecobaan serupa untuk pengambilan 20 x, 40 x, dan 60 x.
Jika masih terjadi kesalahan ulangi lagi pengambilan.
II. Hasil
Dari pelaksanaan dan setelah melakukan pengulangan pengambilan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.Pencatatan untuk pengambilan 20 X
No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah
1 Merah-merah IIIII I 6
2 Merah-putih IIIII IIII 9
3 Putih-putih IIIII 5
Tabel 2.pencatatan untuk pengambilan 40 X
No Pasangan Tabulasi ijiran jumlah
1 Merah-merah IIIII 10
2 Merah-putih IIIII IIIII IIIII IIII 19
3 Putih-putih IIIII IIIII I 11
Tabel 3.pencatatan untuk pengambilan 60X
No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah
1 Merah-merah IIIII IIIII II 12
2 Merah-putih IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII III 33
3 Putih-putih IIIII IIIII IIIII 15
Tabel 4. Perbandingan/ nisbah fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x.
Fenotif Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E)
Merah 15 ¾ x 20 = 15 0
Putih 5 ¼ x 20 = 5 0
Total 20 20 0
Tabel 5. Perbandingan/ nisbah fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x.
Fenotif Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E)
Merah 29 ¾ x 40 = 30 -1
Putih 11 ¼ x 40 = 10 1
Total 40 40 0
Tabel 6. Perbandingan/ nisbah fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x.
Fenotif Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E)
Merah 45 ¾ x 60 = 45 0
Putih 15 ¼ x 60 = 15 0
Total 60 60 0
IV. Pembahasan
Pada pelaksanaan praktikum acara II (hukum Mendel I),dalam Hukum Mendel I dinyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas.
Dari pelaksanaan praktikum yang kami laksanakan, pada perlakuan : 20 X,yaitu pasangan Merah-merah diperoleh tabulasi ijiran sebanyak 6, sementara Merah-putih diperoleh tabulasi ijiran 9 pasangan dan Putih-putih diperoleh tabulasi ijiran sebanyak 5 pasangan. Untuk perlakuan pengambilan sebanyak 40 X diperoleh, pasangan merah-merah dengan tabulasi ijiran sebanyak 10 pasangan, pasangan merah-putih diperoleh sebanyak 19 pasangan dan putih-putih sebanyak 11 pasangan. Dan pada perlakuan perlakuan pengambilan 60 X diperoleh, pasangan Merah-merah sebanyak 12 pasangan, Merah-putih sebanyak 33 pasangan dan Putih-putih sebanyak 15 pasangan. Perlakuan yang kami lakukan itu sudah hampir mendekati perbandingan 1:2:1, sebagaimana bunyi hukum Mendel.
Adanya perbedaan deviasi( observasi - harapan ) pada perlakuan fenotip merah dan putih karena semakin banyak jumlah pengambilan yang dilakukan, akan semakin banyak peluang merah dan putih didapat. Hal itu dapat dilihat pada praktikum yang kami lakukan, pada pengambilan 20 X dan 60 X tidak ditemui deviasi sementara, pengambilan 40 ditemui deviasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah pengambilan maka akan semakin tinggi kemungkinan deviasi yang diperoleh.
V. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat diambil beberapa kesimpulan,yaitu :
Dominan merupakan sifat yang muncul pada keturunan. GENOTIP adalah komposisi faktor keturunan (tidak tampak secara fisik).
FENOTIP adalah sifat yang tampak pada keturunan.
Sifat dominan ditemukan pada fenotip Merah.
Semakin banyak jumlah pengambilan maka akan semakin besar peluang deviasi yang diperoleh.
Perbandingan pengambilan 20 X, 40 X, 60 X pada praktikum sudah mendekati bunyi hukum Mendel, yaitu : 1:2:1.
Gen merah bersifat dominant terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh gen merah karena gen putih bersifat resesif.
Pertanyaan:
1. Berapa macam pasangan genotif yang anda peroleh?
Jawaban:
Ada tiga macam, yaitu merah-merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm)
2. Berapa perbandingannya?
Jawaban:
1 : 2 : 1
Yaitu 1 MM : 2 Mm : 1 mm
3. Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotif yang anda peroleh?
Jawaban:
3 dominan (MM atau Mm) : 1 resesif (mm) atau
3 merah : 1 putih
4. Apa yang dapat Anda simpulkan dari percobaan Model ini?
Jawaban:
Percobaan ini menghasilkan genotif yaitu merah-merah, merah-putih dan putih-putih. Dan perbandingan fenotifnya yaitu MM, Mm, mm (1:2:1) untuk F2. sedangkan pada F1 menghasilkan semuanya (100%) merah. Dapat disimpulkan bahwa gen merah dominant, dan gen putih resesif. Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena gen merah dominant.
Daftar pustaka
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=0&sa=N
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suryati, Dotti. 2010. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=20&sa=N
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=0&sa=N
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
Acara 2
Hukum Mendel I
Dicky Andika S
NPM : E1J009056
Shift : V. Kamis (12.00-14.00)
Kelompok : 2
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
I.Pendahuluan
Dasar teori
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865 atau disebut hokum segregasi. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.
Hukum mendel Ipertama adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda (monohibrid). Setiap individu yang berkembang biak secaraseksual terbentuk dari peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel setiap sifat/karakter di tentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum mendel pertama berlaku waktu gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Dalam peristiwa meiosis gen sealel akan terpisah, masing-masing membentuk gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi dua macam gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1×F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan atau perkawinan.
Untuk contoh mendel mengambil dari tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross).Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi. Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.
RATIO FENOTIP (F2) HIBRIDA NORMAL MENURUT MENDEL
Monohibrida 3: 1 (Hukum Dominasi penuh) n= 1, jumlah gamet = 2
Dihibrida 9: 3: 3: 1 n= 2, jumlah gamet = 4
Trihibrida 27: 9: 9: 9: 3: 3 : 3: 1 n= 3, jumlah gamet = 8
Polihibrida (3:1)n n= n, jumlah gamet = 2n
(n) = jenis sifat berbeda (hibridanya).
Intermediat 1 : 2 : 1 ——> sifat "SAMA DOMINAN"; percobaan pada bunga Antirrhinum majus.
Tujuan Praktikum :
Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan ukum mendel I.
Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
Memahami pengertian dominan, resesif, genotif, dan fenotif.
I. Bahan dan Metode Praktikum
Bahan dan Alat yang digunakan :
Model gen (kancing genetik) 2 warna
Dua buah stoples.
Cara kerja :
Dengarkan arahan dari dosen pembimbing atau co-asst.
Mengambil model gen merah dan putih, masing-masingg 30 pasang( 30 jantan & 30 betina)
Menyisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu mera da individu putih.
Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah maupun individu putih.
Menggabingkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturnan indivdu merah dan individu putih.
Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.
Memasukkan semua model gen jantan merah dan putih kedalam stoples jantan dan model gen betina merah dan putih kedalam stoples betina.
Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut, mengambil secara acak dari masing-masing stoples, kemudian memasangkan.
Melakukan pengambilan model gen secara terus menerus sampai habis dan mencatat setiap gen yang terambil kedalam table pencatatan.
Bisa juga mengembalikan model gen yan terambil (langkah 8) kedalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi. Melakukan pecobaan serupa untuk pengambilan 20 x, 40 x, dan 60 x.
Jika masih terjadi kesalahan ulangi lagi pengambilan.
II. Hasil
Dari pelaksanaan dan setelah melakukan pengulangan pengambilan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.Pencatatan untuk pengambilan 20 X
No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah
1 Merah-merah IIIII I 6
2 Merah-putih IIIII IIII 9
3 Putih-putih IIIII 5
Tabel 2.pencatatan untuk pengambilan 40 X
No Pasangan Tabulasi ijiran jumlah
1 Merah-merah IIIII 10
2 Merah-putih IIIII IIIII IIIII IIII 19
3 Putih-putih IIIII IIIII I 11
Tabel 3.pencatatan untuk pengambilan 60X
No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah
1 Merah-merah IIIII IIIII II 12
2 Merah-putih IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII III 33
3 Putih-putih IIIII IIIII IIIII 15
Tabel 4. Perbandingan/ nisbah fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x.
Fenotif Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E)
Merah 15 ¾ x 20 = 15 0
Putih 5 ¼ x 20 = 5 0
Total 20 20 0
Tabel 5. Perbandingan/ nisbah fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x.
Fenotif Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E)
Merah 29 ¾ x 40 = 30 -1
Putih 11 ¼ x 40 = 10 1
Total 40 40 0
Tabel 6. Perbandingan/ nisbah fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x.
Fenotif Pengamatan
(Observasi = O) Harapan
(Expected) Deviasi
(O-E)
Merah 45 ¾ x 60 = 45 0
Putih 15 ¼ x 60 = 15 0
Total 60 60 0
IV. Pembahasan
Pada pelaksanaan praktikum acara II (hukum Mendel I),dalam Hukum Mendel I dinyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas.
Dari pelaksanaan praktikum yang kami laksanakan, pada perlakuan : 20 X,yaitu pasangan Merah-merah diperoleh tabulasi ijiran sebanyak 6, sementara Merah-putih diperoleh tabulasi ijiran 9 pasangan dan Putih-putih diperoleh tabulasi ijiran sebanyak 5 pasangan. Untuk perlakuan pengambilan sebanyak 40 X diperoleh, pasangan merah-merah dengan tabulasi ijiran sebanyak 10 pasangan, pasangan merah-putih diperoleh sebanyak 19 pasangan dan putih-putih sebanyak 11 pasangan. Dan pada perlakuan perlakuan pengambilan 60 X diperoleh, pasangan Merah-merah sebanyak 12 pasangan, Merah-putih sebanyak 33 pasangan dan Putih-putih sebanyak 15 pasangan. Perlakuan yang kami lakukan itu sudah hampir mendekati perbandingan 1:2:1, sebagaimana bunyi hukum Mendel.
Adanya perbedaan deviasi( observasi - harapan ) pada perlakuan fenotip merah dan putih karena semakin banyak jumlah pengambilan yang dilakukan, akan semakin banyak peluang merah dan putih didapat. Hal itu dapat dilihat pada praktikum yang kami lakukan, pada pengambilan 20 X dan 60 X tidak ditemui deviasi sementara, pengambilan 40 ditemui deviasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah pengambilan maka akan semakin tinggi kemungkinan deviasi yang diperoleh.
V. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat diambil beberapa kesimpulan,yaitu :
Dominan merupakan sifat yang muncul pada keturunan. GENOTIP adalah komposisi faktor keturunan (tidak tampak secara fisik).
FENOTIP adalah sifat yang tampak pada keturunan.
Sifat dominan ditemukan pada fenotip Merah.
Semakin banyak jumlah pengambilan maka akan semakin besar peluang deviasi yang diperoleh.
Perbandingan pengambilan 20 X, 40 X, 60 X pada praktikum sudah mendekati bunyi hukum Mendel, yaitu : 1:2:1.
Gen merah bersifat dominant terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh gen merah karena gen putih bersifat resesif.
Pertanyaan:
1. Berapa macam pasangan genotif yang anda peroleh?
Jawaban:
Ada tiga macam, yaitu merah-merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm)
2. Berapa perbandingannya?
Jawaban:
1 : 2 : 1
Yaitu 1 MM : 2 Mm : 1 mm
3. Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotif yang anda peroleh?
Jawaban:
3 dominan (MM atau Mm) : 1 resesif (mm) atau
3 merah : 1 putih
4. Apa yang dapat Anda simpulkan dari percobaan Model ini?
Jawaban:
Percobaan ini menghasilkan genotif yaitu merah-merah, merah-putih dan putih-putih. Dan perbandingan fenotifnya yaitu MM, Mm, mm (1:2:1) untuk F2. sedangkan pada F1 menghasilkan semuanya (100%) merah. Dapat disimpulkan bahwa gen merah dominant, dan gen putih resesif. Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena gen merah dominant.
Daftar pustaka
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=0&sa=N
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suryati, Dotti. 2010. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=20&sa=N
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=0&sa=N
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
Sabtu, 13 Maret 2010
kalau di padang ada video malin kundang yang jadi batu karena ia durhaka terhadap ibunya,,maka ini adalah video anak yang menjadi setengah ular karena durhaka terhadap ibunya,,kejadian ini terjadi di sumatera utara,,ada yang bilang kalau kejadian ini terjadi di danau toba.
anak tersebut menjadi ular karena sewktu ibinya sholat ia menendang dari belakang,,dan anak tersebut spontan menjadi seperti ini..
mau tau selanjutnya??
tunggu kabar terbaru..
anak tersebut menjadi ular karena sewktu ibinya sholat ia menendang dari belakang,,dan anak tersebut spontan menjadi seperti ini..
mau tau selanjutnya??
tunggu kabar terbaru..
danau toba adalah danau terluas se-asia tenggara,,yang terletak di sumatra utara tepatnya di kabupaten tobasa..hampir tiap hari danau toba di penuhi oleh turis-turis yang berasal dari berbagai negara yang ada di dunia.
turis tersebut datang untuk melihat danau yang paling indah di sumatra.
di sekitar danau toba juga terdapat batu yang di percaya warga sekitar adalah batu manusia yang mau bunuh diri karena menolak perjodohan yang di lakukan orang tuanya...
batu dinamakan batu gantung karena posisinya yang tergantung,,di sebelah batu gantung tersebut terdapat batu kecil yang juga di percaya batu anjing dari perempuan tersebut yang mengikut majikannya lompat ke dalam danau tersebut.
kata warga sekitar patung tersebut boru sinaga,,jadi bagi pengunjung danau toba yang boru sinaga di larang keras mandi di sekitar batu tersebut,,jika ada boru sinaga yang mandi maka hujan akan turun dan air danau akan spontan naik atau pasang.
para turis atau pengunjung yang melakukan perjalanan naik kapal untuk melihat langsung batu gantung tersebut di larang mengambil foto,,dan kapal juga tidak boleh berhenti,konon kalau berhenti kapal tersebut akan karam.
di tengah-tengah danau toba terdapat sebuah pulau yang dinamakan pulau samosir,ada juga daerah yang dinamakan tomok.tomok adalah puasat pembelanjaan barang-barang khas sumatra utara.dan juga terdapat beberapa tempat bersejarah..
antara lain makam raja sidabutar yang dahulu kala raja tersebut berhasil mengusir orang aceh yang ingin menguasai tanah batak,beliau sendiri melakukan perlawanan dengan seorang diri.
beliau mengetahui titik kelemahan lawannya,dia maju dengan tangan kosong.pantangan lawannya tidak boleh melihat kemaluan sejenis..jadi ketika beliau maju dan membuka celananya lawannya takut dan pulang kembali ke aceh..di sekitar makam beliau juga terdapat beberapa kursi dan meja zaman dahulu yang terbuat dari batu.yang di percaya warga sekitar batu tersebut adalah tempat berkumpul atau tempat rapat raja sidabutar,peti matti raja sidabutar berwarna merah,kata warga yang menjelaskan kepada saya bahwa warna tersebut berasal dari darah yang di lumuri di peti mati raja.
tidak jauh dari makam raja sidabutar juga terdapat patung sigale-gale yang katanya warga tersebut bisa menari sendiri ketika malam tiba,,dengan tarian tari khas batak yaitu tari tor-tor.
saya sendiri juga tidak percaya dengan cerita tersebut,tapi itulah cerita yang ada.yang di percaya mulai dari zaman dahulu hingga zaman sekarang.
terima kasih semoga tulisan saya ini dapat membantu anda dalam pecaharian informasi anda tentang danau toba dan sekitar.
Langganan:
Postingan (Atom)